Jumat, 14 November 2008

bunga cheri

jumat, 14,11,2008

pada suatu hari hiduplah seorang putri cantik bernama manuella. ia tinggal di sebuah istana yang sangat megah. manuella selalu di manjakan oleh ayahnya. apapun keinginannya selalu di turuti. putri manuella adalah putri yang sangat suka berganti-ganti pakaian. setiap hari ia bisa berganti pakaian 5 sampai 6 kali. putri manuella mempunyai sebuah lemari khusus untuk gaun-gaunnya yang indah. ia juga mempunyai banyak sekali perhiasan-perhiasan indah. dan pada suatu hari putri manuella akan berulang tahun yang ke 17. ayahnya berjanji akan menyiapkan ia pesta yang sangat meriah besok. orang yang datang kepesta itu hanyalah orang-orang yang kaya raya, dan teman-teman manuella. sebelum itu manuella minta di buatkan gaun baru. mendengar itu ayahnya pun membuatkannya. ayahnya memanggil para penjahit-jahit profesional dari seluruh negara. mula-mula manuella di suruh untuk memilih kainnya terlebih dahulu. lalu manuella memilih kain sutra berwarna putih seputih salju. setelah itu dengan cepat para penjahit itu membuat kain-kain sutra tersebut menjadi sebuah gaun yang sangat cantik. lalu Manuella memakainya dan bercermin. namun ia menyadari ada yang kurang dari hiasannya. ia tidak memakai mahkota sama sekali. melihat itu ia pun mendatangi ayahnya. "Ayah, "Ayah, Manuella perlu hiasan untuk rambut Manuella." kata Manuella. "Anakku, kenakan saja mahkota emasmu. Cocok dengan rambutmu yang keemasan," kata ayahnya. "tidak! Manuella bosan ayah! " jawab Manuella. "Bagaimana kalau mahkota berlian? Ayah akan segera memesannya jika kau mau," bujuk ayahnya. "Tidak, tidak! semua itu tidak cocok dengan baju dan rambut Manuella!" teriak Manuella. "Oh..anakku mutiara yang dikenakan ibumu ketika ia menikah dengan ayah sangat indah, kau boleh memakainya nak…ayah ambilkan ya." kata ayahnya dengan sabar. "Tidak. Manuella ingin yang lain yang terindah," katanya sambil berlari menuju halaman. "Manuella, kembali anakku, sebentar lagi akan datang tamu-tamu kita!" teriak ayahnya. akan tetapi Manuella tak mau mendengar ayahnya, ia berlari ke halaman yang dipenuhi dengan pohon-pohon cheri, dimana bunga-bunganya yang putih bersih memenuhi setiap ranting-rantingnya, sehingga cabang dan rantingnya yang berwarna cokelat hampir tak tampak lagi. Manuella berlari dari satu pohon ke pohon yang lain, dan tiba-tiba ia berpikir "Betapa indahnya bunga-bunga cheri ini, aku ingin merangkainya menjadi mahkotaku." Ketika tangannya akan meraih sebuah bunga, terdengarlah suara yang halus. "Jangan sentuh kami!, jauhilah kami. Kalau tidak, kami akan mengubahmu menjadi bunga!" Manuella menoleh ke kiri dan ke kanan, tapi ia tak melihat seorang pun. Ia berlari ke sebuah pohon yang lain, dan ketika ia akan memetik bunganya, terdengar lagi suara yang sama. Dengan penuh kejengkelan berteriaklah Manuella sambil memandang pohon itu, "Hai, dengar! Tak ada seorang pun di negeri ini yang dapat melarangku, dan semua orang di negeri ini tahu, segala keinginanku harus terpenuhi! Siapa yang berani melarangku?" tanya manuella. Tiba-tiba bertiuplah angin dan bersamaan dengan itu terdengarlah suara yang halus. "Dengar Manuella, tak ada seorang pun di dunia ini yang bisa mendapatkan segala yang diinginkannya. Tidak juga kau…" kata pohon itu. "Bohong, bohong, selama ini segala keinginanku selalu dipenuhi, dan sekarang aku akan memetik bunga-bunga ini untuk mahkotaku, dan tak seorang pun berhak melarangku" teriak Manuella sambil menendang pohon-pohon disekitarnya. "Kau akan menyesal Manuella, jika tidak kau jauhi kami…" Dan ketika tangan Manuella menyentuh sebuah bunga, berubahlah ia menjadi bunga, di antara bunga-bunga cheri yang lain yang ada di pohon itu. Ia menangis menyesali segalanya, tapi sudah terlambat. Ia melihat tamu-tamu berdatangan. Ia mendengar suara tawa tamu-tamunya, tapi ia tak dapat ikut serta. Ia menangis dan berteriak-teriak, tapi tak seorang pun mendengarnya. Hari semakin sore, lampu-lampu di seluruh puri dinyalakan, musik mulai diputar dan seluruh tamu yang diundang telah datang. Ayahnya bingung mencari Manuella diseluruh istana, kemudian ia bersama para pelayan mencari Manuella diseluruh halaman sambil berteriak. "Manuella…Manuella….dimana kau nak…." Manuella dapat mendengar suara ayahnya dan para pelayan yang berteriak-teriak memanggilnya. Ketika ia melihat ayahnya berdiri tepat di bawahnya, ia berusaha berteriak sekuat tenaga, tapi ayahnya tak dapat mendengar suaranya dan ia mulai menangis, air matanya menetes dan jatuh ke kepala ayahnya. Manuella melihat bagaimana ayahnya mengusap air yang menetes di kepalanya, dan bergumam perlahan. "wah, mulai hujan, di mana engkau bersembunyi anakku?!" Dengan hati sedih ia kembali ke istana dan menyuruh seluruh pelayannya kembali karena dipikirnya sebentar lagi akan turun hujan. Setelah tamu terakhir meninggalkan puri, dan musik dihentikan, sang ayah diam melamun di depan jendela. Lampu-lampu istana dibiarkan menyala semua, karena ia berpikir anaknya akan kembali dan ia akan dapat dengan mudah melihat jalan menuju istana. "Anakku, diluar dingin. Dimana engkau nak? kembalilah anakku. Ayah sangat kahwatir" gumam ayahnya seorang diri dengan sedih. Tiba-tiba bertiuplah angin yang membawa suara jerit Manuella "Ayah!ayah…tolong Manuella ayah…tolong! " "Manuella!Manuella! di mana engkau nak, ayah datang akan datang! ayah akan segera datang nak" teriak ayahnya dengan penuh harapan. Ia segera membangunkan para pelayan untuk mencari Manuella di sekitar istana. dan di seluruh halaman sekali lagi. Mereka mencari Manuella setapak demi setapak, tapi sampai pagi mereka semua mencari, Manuella tak pernah ditemukan kembali. Sang ayah telah sangat putus asa, dan ia berhari-hari hanya duduk di depan jendela, menanti angin datang yang kadang-kadang membawa jeritan anak tercintanya. Ia yakin itu suara anaknya, tapi ia tak pernah tahu dari mana suara itu sampai akhir hayatnya.

tamat.

Tidak ada komentar: