Minggu, 25 Januari 2009

cindelaras

senin,26,1,2009

Raden Putra adalah raja Kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu yang buruk kepada permaisuri. “Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Aku harus mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri,” pikirnya.

Selir baginda, berkomplot dengan seorang tabib istana. Ia berpura-pura sakit parah. Tabib istana segera dipanggil. Sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam minuman tuan putri. “Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri,” kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. Ia segera memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan.

Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda. “Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh,” kata patih. Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditangkapnya. Raja menganggung puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri.

Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur. “Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku.” Setelah 3 minggu, telur itu menetas. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Anak ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan! “Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…”

Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya dan segera memperlihatkan pada ibunya. Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di hutan. Mendengar cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan selir baginda. Setelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam. “Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku,” tantangnya. “Baiklah,” jawab Cindelaras. Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan. Ayamnya benar-benar tangguh.

Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras. “Hamba menghadap paduka,” kata Cindelaras dengan santun. “Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata,” pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.

Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. “Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?” Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras segera membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi. “Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…,” ayam jantan itu berkokok berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. “Benarkah itu?” Tanya baginda keheranan. “Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda.”

Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri. “Aku telah melakukan kesalahan,” kata Baginda Raden Putra. “Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku,” lanjut Baginda dengan murka. Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan.. Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana.


tamat

orang lompat

senin,26,1,2009

kemarin hari kamis tanggal 22 bulan januari ini, jam 11,50 ada seorang lelaki lompat dari lantai 11 menara selatan. mula-mula kami tidak tahu kalau ada orang yang lompat. namun tiba-tiba kami mendengar suara GABRUKKKKK!!!!. dan tiba-tiba suasana kamar kami jadi hening sebentar. dan karena ada firasat kakak perempuan saya langsung bilang pada semuanya. "eh, ada yang jatuh tuh!!" dan mula-mula kami diam sejenak dan mukin dalam hati "masa iya sih??" dan setelah itu kami langsung turun kebawah. dan terlihatlah sosok laki-laki terkapar di tanah....
laki-laki itu bersimbah darah. kepalanya pecah dan anehnya iya tak berteriak sama sekali. ada yang bilang iya lompat dan ada juga yang bilang ia di bunuh secara di dorong dan di mulutnya terdapat batu baterai. saat itu saya belum tidur sih....
tapi setelah itu saya baru tidur. saya juga tidak turun kebawah, tapi saya melihat sendiri hasil foto mayat tersebut. soalnya waktu itu kakak-kakak saya semuanya turun. dan memotret mayat itu. sebelum mati ia digrebek polisi, mungkin karena narkoba.

Sabtu, 24 Januari 2009

legenda selat bali

minggu,25,1,2009

Pada jaman dulu di kerajaan Daha hiduplah seorang Brahmana yang benama Sidi Mantra yang sangat terkenal kesaktiannya. Sanghyang Widya atau Batara Guru menghadiahinya harta benda dan seorang istri yang cantik. Sesudah bertahun-tahun kawin, mereka mendapat seorang anak yang mereka namai Manik Angkeran.

Meskipun Manik Angkeran seorang pemuda yang gagah dan pandai namun dia mempunyai sifat yang kurang baik, yaitu suka berjudi. Dia sering kalah sehingga dia terpaksa mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya, malahan berhutang pada orang lain. Karena tidak dapat membayar hutang, Manik Angkeran meminta bantuan ayahnya untuk berbuat sesuatu. Sidi Mantra berpuasa dan berdoa untuk memohon pertolongan dewa-dewa. Tiba-tiba dia mendengar suara, “Hai, Sidi Mantra, di kawah Gunung Agung ada harta karun yang dijaga seekor naga yang bernarna Naga Besukih. Pergilah ke sana dan mintalah supaya dia mau memberi sedikit hartanya.”

Sidi Mantra pergi ke Gunung Agung dengan mengatasi segala rintangan. Sesampainya di tepi kawah Gunung Agung, dia duduk bersila. Sambil membunyikan genta dia membaca mantra dan memanggil nama Naga Besukih. Tidak lama kernudian sang Naga keluar. Setelah mendengar maksud kedatangan Sidi Mantra, Naga Besukih menggeliat dan dari sisiknya keluar emas dan intan. Setelah mengucapkan terima kasih, Sidi Mantra mohon diri. Semua harta benda yang didapatnya diberikan kepada Manik Angkeran dengan harapan dia tidak akan berjudi lagi. Tentu saja tidak lama kemudian, harta itu habis untuk taruhan. Manik Angkeran sekali lagi minta bantuan ayahnya. Tentu saja Sidi Mantra menolak untuk membantu anakya.

Manik Angkeran mendengar dari temannya bahwa harta itu didapat dari Gunung Agung. Manik Angkeran tahu untuk sampai ke sana dia harus membaca mantra tetapi dia tidak pernah belajar mengenai doa dan mantra. Jadi, dia hanya membawa genta yang dicuri dari ayahnya waktu ayahnya tidur.

Setelah sampai di kawah Gunung Agung, Manik Angkeran membunyikan gentanya. Bukan main takutnya ia waktu ia melihat Naga Besukih. Setelah Naga mendengar maksud kedatangan Manik Angkeran, dia berkata, “Akan kuberikan harta yang kau minta, tetapi kamu harus berjanji untuk mengubah kelakuanmu. Jangan berjudi lagi. Ingatlah akan hukum karma.”

Manik Angkeran terpesona melihat emas, intan, dan permata di hadapannya. Tiba-tiba ada niat jahat yang timbul dalam hatinya. Karena ingin mendapat harta lebih banyak, dengan secepat kilat dipotongnya ekor Naga Besukih ketika Naga beputar kembali ke sarangnya. Manik Angkeran segera melarikan diri dan tidak terkejar oleh Naga. Tetapi karena kesaktian Naga itu, Manik Angkeran terbakar menjadi abu sewaktu jejaknya dijilat sang Naga.

Mendengar kematian anaknya, kesedihan hati Sidi Mantra tidak terkatakan. Segera dia mengunjungi Naga Besukih dan memohon supaya anaknya dihidupkan kembali. Naga menyanggupinya asal ekornya dapat kembali seperti sediakala. Dengan kesaktiannya, Sidi Mantra dapat memulihkan ekor Naga. Setelah Manik Angkeran dihidupkan, dia minta maaf dan berjanji akan menjadi orang baik. Sidi Mantra tahu bahwa anaknya sudah bertobat tetapi dia juga mengerti bahwa mereka tidak lagi dapat hidup bersama.

“Kamu harus mulai hidup baru tetapi tidak di sini,” katanya. Dalam sekejap mata dia lenyap. Di tempat dia berdiri timbul sebuah sumber air yang makin lama makin besar sehingga menjadi laut. Dengan tongkatnya, Sidi Mantra membuat garis yang mernisahkan dia dengan anaknya. Sekarang tempat itu menjadi selat Bali yang memisahkan pulau Jawa dengan pulau Bali.

tamat.

asal mula danau lipan

minggu,25,1,2009

Di kecamatan Muara Kaman kurang lebih 120 km di hulu Tenggarong ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur ada sebuah daerah yang terkenal dengan nama Danau Lipan. Meskipun bernama Danau, daerah tersebut bukanlah danau seperti Danau Jempang dan Semayang. Daerah itu merupakan padang luas yang ditumbuhi semak dan perdu.

Dahulu kala kota Muara Kaman dan sekitarnya merupakan lautan. Tepi lautnya ketika itu ialah di Berubus, kampung Muara Kaman Ulu yang lebih dikenal dengan nama Benua Lawas. Pada masa itu ada sebuah kerajaan yang bandarnya sangat ramai dikunjungi karena terletak di tepi laut.

Terkenallah pada masa itu di kerajaan tersebut seorang putri yang cantik jelita. Sang putri bernama Putri Aji Bedarah Putih. Ia diberi nama demikian tak lain karena bila sang putri ini makan sirih dan menelan air sepahnya maka tampaklah air sirih yang merah itu mengalir melalui kerongkongannya.

Kejelitaan dan keanehan Putri Aji Bedarah Putih ini terdengar pula oleh seorang Raja Cina yang segera berangkat dengan Jung besar beserta bala tentaranya dan berlabuh di laut depan istana Aji Bedarah Putih. Raja Cina pun segera naik ke darat untuk melamar Putri jelita.

Sebelum Raja Cina menyampaikan pinangannya, oleh Sang Putri terlebih dahulu raja itu dijamu dengan santapan bersama. Tapi malang bagi Raja Cina, ia tidak mengetahui bahwa ia tengah diuji oleh Putri yang tidak saja cantik jelita tetapi juga pandai dan bijaksana. Tengah makan dalam jamuan itu, puteri merasa jijik melihat kejorokan bersantap dari si tamu. Raja Cina itu ternyata makan dengan cara menyesap, tidak mempergunakan tangan melainkan langsung dengan mulut seperti anjing.

Betapa jijiknya Putri Aji Bedarah Putih dan ia pun merasa tersinggung, seolah-olah Raja Cina itu tidak menghormati dirinya disamping jelas tidak dapat menyesuaikan diri. Ketika selesai santap dan lamaran Raja Cina diajukan, serta merta Sang Putri menolak dengan penuh murka sambil berkata, “Betapa hinanya seorang putri berjodoh dengan manusia yang cara makannya saja menyesap seperti anjing.”

Penghinaan yang luar biasa itu tentu saja membangkitkan kemarahan luar biasa pula pada Raja Cina itu. Sudah lamarannya ditolak mentah-mentah, hinaan pula yang diterima. Karena sangat malu dan murkanya, tak ada jalan lain selain ditebus dengan segala kekerasaan untuk menundukkan Putri Aji Bedarah Putih. Ia pun segera menuju ke jungnya untuk kembali dengan segenap bala tentara yang kuat guna menghancurkan kerajaan dan menawan Putri.

Perang dahsyat pun terjadilah antara bala tentara Cina yang datang bagai gelombang pasang dari laut melawan bala tentara Aji Bedarah Putih. Ternyata tentara Aji Bedarah Putih tidak dapat menangkis serbuan bala tentara Cina yang mengamuk dengan garangnya. Putri yang menyaksikan jalannya pertempuran yang tak seimbang itu merasa sedih bercampur geram. Ia telah membayangkan bahwa peperangan itu akan dimenangkan oleh tentara Cina. Karena itu timbullah kemurkaannya.

Putri pun segera makan sirih seraya berucap, “Kalau benar aku ini titisan raja sakti, maka jadilah sepah-sepahku ini lipan-lipan yang dapat memusnahkan Raja Cina beserta seluruh bala tentaranya.” Selesai berkata demikian, disemburkannyalah sepah dari mulutnya ke arah peperangan yang tengah berkecamuk itu. Dengan sekejap mata sepah sirih putri tadi berubah menjadi beribu-ribu ekor lipan yang besar-besar, lalu dengan bengisnya menyerang bala tentara Cina yang sedang mengamuk.

Bala tentara Cina yang berperang dengan gagah perkasa itu satu demi satu dibinasakan. Tentara yang mengetahui serangan lipan yang tak terlawan itu, segera lari lintang-pukang ke jungnya. Demikian pula sang Raja. Mereka bermaksud akan segera meninggalkan Muara Kaman dengan lipannya yang dahsyat itu, tetapi ternyata mereka tidak diberi kesempatan oleh lipan-lipan itu untuk meninggalkan Muara Kaman hidup-hidup. Karena lipan-lipan itu telah diucap untuk membinasakan Raja dan bala tentara Cina, maka dengan bergelombang mereka menyerbu terus sampai ke Jung Cina. Raja dan segenap bala tentara Cina tak dapat berkisar ke mana pun lagi dan akhirnya mereka musnah semuanya. Jung mereka ditenggelamkan juga.

Sementara itu Aji Bedarah Putih segera hilang dengan gaib, entah kemana dan bersamaan dengan gaibnya putri, maka gaib pulalah Sumur Air Berani, sebagai kekuatan tenaga sakti kerajaan itu. Tempat Jung Raja Cina yang tenggelam dan lautnya yang kemudian mendangkal menjadi suatu daratan dengan padang luas itulah yang kemudian disebut hingga sekarang dengan nama Danau Lipan.

tamat.

sirgalaki dan limbat

minggu,25,1,2009

Pada jaman dahulu di Tondano hiduplah seorang pemburu perkasa yang bernama Sigarlaki. Ia sangat terkenal dengan keahliannya menombak. Tidak satupun sasaran yang luput dari tombakannya. Sigarlaki mempunyai seorang pelayan yang sangat setia yang bernama Limbat. Hampir semua pekerjaan yang diperintahkan oleh Sigarlaki dikerjakan dengan baik oleh Limbat. Meskipun terkenal sebagai pemburu yang handal, pada suatu hari mereka tidak berhasil memperoleh satu ekor binatang buruan. Kekesalannya akhirnya memuncak ketika Si Limbat melaporkan pada majikannya bahwa daging persediaan mereka di rumah sudah hilang dicuri orang.Tanpa pikir panjang, si Sigarlaki angsung menuduh pelayannya itu yang mencuri daging persediaan mereka. Si Limbat menjadi sangat terkejut. Tidak pernah diduga majikannya akan tega menuduh dirinya sebagai pencuri.Lalu Si Sigarlaki meminta Si Limbat untuk membuktikan bahwa bukan dia yang mencuri. Caranya adalah Sigarlaki akan menancapkan tombaknya ke dalam sebuah kolam. Bersamaan dengan itu Si Limbat disuruhnya menyelam. Bila tombak itu lebih dahulu keluar dari kolam berarti Si Limbat tidak mencuri. Apabila Si Limbat yang keluar dari kolam terlebih dahulu maka terbukti ia yang mencuri.Syarat yang aneh itu membuat Si Limbat ketakutan. Tetapi bagaimanapun juga ia berkehendak untuk membuktikan dirinya bersih. Lalu ia pun menyelam bersamaan dengan Sigarlaki menancapkan tombaknya.Baru saja menancapkan tombaknya, tiba-tiba Sigarlaki melihat ada seekor babi hutan minum di kolam. Dengan segera ia mengangkat tombaknya dan dilemparkannya ke arah babi hutan itu. Tetapi tombakan itu luput. Dengan demikian seharusnya Si Sigarlaki sudah kalah dengan Si Limbat. Tetapi ia meminta agar pembuktian itu diulang lagi.Dengan berat hati Si Limbat pun akhirnya mengikuti perintah majikannya. Baru saja menancapkan tombaknya di kolam, tiba-tiba kaki Sigarlaki digigit oleh seekor kepiting besar. Dia menjerit kesakitan dan tidak sengaja mengangkat tombaknya. Dengan demikian akhirnya Si Limbat yang menang. Ia berhasil membuktikan dirinya tidak mencuri. Sedangkan Sigarlaki karena sembarangan menuduh, terkena hukuman digigit kepiting besar.

tamat.

towjatua dan buaya sakti

minggu,25,1,2009

Pada jaman dahulu, hiduplah seorang lelaki bernama Towjatuwa di tepian sungai Tami daerah Irian Jaya.
Lelaki itu sedang gundah, oleh karena isterinya yang hamil tua mengalami kesulitan dalam melahirkan bayinya. Untuk membantu kelahiran anaknya itu, ia membutuhkan operasi yang menggunakan batu tajam dari sungai Tami. Ketika sedang sibuk mencari batu tajam tersebut, ia mendengar suara-suara aneh di belakangnya. Alangkah terkejutnya Towjatuwa ketika ia melihat seekor buaya besar di depannya. Ia sangat ketakutan dan hampir pingsan. Buaya besar itu pelan-pelan bergerak ke arah Towjatuwa. Tidak seperti buaya lainnya, binatang ini memiliki bulu-bulu dari burung Kaswari di punggungnya. Sehingga ketika buaya itu bergerak, binatang itu tampak sangat menakutkan.
Namun saat Towjatuwa hendak melarikan diri, buaya itu menyapanya dengan ramah dan bertanya apa yang sedang ia lakukan. Towjatuwapun menceritakan keadaan isterinya. Buaya ajaib inipun berkata: “Tidak usah khawatir, saya akan datang ke rumahmu nanti malam. Saya akan menolong isterimu melahirkan.” Towjatuwa pulang menemui isterinya. Dengan sangat berbahagia, iapun menceritakan perihal pertemuannya dengan seekor buaya sakti. Malam itu, seperti yang dijanjikan, buaya sakti itupun memasuki rumah Towjatuwa. Dengan kesaktiannya, buaya yang bernama Watuwe itu menolong proses kelahiran seorang bayi laki-laki dengan selamat. Ia diberi nama Narrowra. Watuwe meramalkan bahwa kelak bayi tersebut akan tumbuh menjadi pemburu yang handal. Watuwe lalu mengingatkan agar Towjatuwa dan keturunannya tidak membunuh dan memakan daging buaya. Apabila larangan itu dilanggar maka Towjatuwa dan keturunannya akan mati. Sejak saat itu, Towjatuwa dan anak keturunannya berjanji untuk melindungi binatang yang berada disekitar sungai Tami dari para pemburu.

tamat.

kiki dan kiku

sabtu,24,1,2009

Ada dua ekor burung kecil yang tinggal di dahan pohon. Mereka bernama Kiki dan Kiku. Kedua burung itu bersahabat, tetapi tabiat mereka berbeda. Kiki selalu bangun pagi sebelum matahari terbit. Ia berolahraga di dahan-dahan pohon, meloncat dari dahan ke dahan, terbang mengelilingi pohon-pohon dan menyanyi. Kiki paling senang, bila ia dapat melihat matahari terbit.
"Selamat pagi, matahari yang baik," sapa Kiki ramah.
"Selamat pagi juga, Kiki! Ho ho ho, pagi ini lagi-lagi kau bangun lebih pagi dariku," sahut Matahari.
Matahari dan Kiki hampir setiap hari mengobrol. Kalau Kiki rajin bangun pagi, Kiku sebaliknya. Ia tak pernah bangun kalau matahari belum berada di atas pucuk pohon. Karena tidur terlalu lama dan jarang berolahraga, Kiku sering sakit. Kiki jengkel dengan kemalasan Kiku. Karena ia tak bisa membereskan tempat tidurnya pada pagi hari.
Kiki mencari akal agar Kiku tidak malas bangun pagi lagi.
"Kiku, pernahkah engkau makan cacing?" tanya Kiki pada suatu hari.
"Belum, bagaimana rasanya?" Kiku merasa tertarik.
"Belum pernah makan cacing? Kalau begitu jangan sebut dirimu burung. Setiap burung sejati pasti pernah makan cacing setiap pagi," kata Kiki sambil menepuk dada.
"Kalau begitu aku akan mencari cacing," kata Kiku penasaran. "Kau akan cari cacing di mana?" ejek Kiki.
"Aku? Aku tidak tahu," sahut Kiki malu. "Aku mau memberi tahu. Asal kau mau bangun pagi-pagi besok." "Baiklah!"
Esok harinya, seperti biasa Kiku bangun sebelum matahari terbit. Ia bersusah payah membangunkan Kiku. Karena Kiku masih mengantuk, Kiku sering menutup matanya.
"Lihat Kiku! Bu Ayam sedang mengais-ngais tanah. Cacingnya banyak sekali! Tidakkah engkau ingin memakannya?" tanya Kiki. Seketika itu Kiku yang berjalan sambil terkantuk-kantuk, membuka matanya.
"Petok. petook! Ayo, Kiki, ajak temanmu sarapan bersama," ajak Bu Ayam. Mereka pun sarapan pagi dengan gembira.
"Kiki, aku sudah makan cacing. Jadi aku adalah burung sejati," kata Kiku. "Tapi burung sejati pun selalu bangun sebelum matahari terbit," kata kiki.
"Aku akan membiasakan bangun pagi mulai sekarang. Karena ternyata bangun pagi itu menyenangkan. Aku merasa badanku sangat sehat," kata Kiku.
"Mulai sekarang kita bisa berolahraga pagi," kata Kiki. "Tentu!"
"Kalau begitu mari kita terbang. Satu, dua, tiga!" seru Kiki. Kedua burung itu melesat ke udara. Mereka terbang dengan riang di antara dahan-dahan pohon.

tamat.

burung gagak dan kejunya

sabtu,24,1,2009

pada suatu hari sang burung gagak di berikan keju oleh seorang anak. kemudian sang burung gagak itu punberterima kasih dan pergi ke sarangnya dengan hati senang. dan saat ia terbang ada seekor rubah jahat yang melihat keju yang ada di paruh sang gagak. melihat itu sang rubah pun mengincar keju itu. ia pun berlari mengikuti si gagak dari darat. ketika sampai di sarangnya sang rubah tiba di depannya dan tiba-tiba saja memujinya. kemudian si rubah menyuruhnya bernyanyi. dan ia pun menyetujuinya. namun ketika ia membuka mulutnya keju tersebut jatuh. dan si rubah pun cepat-cepat mengambilnya sebelum keju itu jatuh ketanah. dan melihat itu si gagak pun sedih karena kejunya telah di ambil oleh si rubah. dan setelah itu ia pun kesal dan berjanji kalau ia tidak akan percaya lagi kalau ada hewan yang memujinya.

tamat.

semut dan belalang

jumat,23,1,2009

Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.
"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"
"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang; "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu."
Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.
"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.

tamat.

kambing dan serigala

jumat,23,1,2009

Seekor anak kambing yang sangat lincah telah ditinggalkan oleh penggembalanya di atas atap jerami kandang untuk menghindari anak kambing itu dari bahaya. Anak kambing itu mencari rumput di pinggir atap, dan saat itu dia melihat seekor serigala dan memandang serigala itu dengan raut muka yang penuh dengan ejekan dan dengan perasaan yang penuh kemenangan, dia mulai mengejek serigala tersebut, walaupun pada saat itu dia tidak ingin mengejek sang Serigala, tetapi karena dia merasa serigala tersebut tidak akan dapat naik ke atas atap dan menangkapnya, timbullah keberaniannya untuk mengejek.
Serigala itupun menatap anak kambing itu dari bawah, "Saya mendengarmu," kata sang Serigala, "dan saya tidak mendendam pada apa yang kamu katakan atau kamu lakukan ketika kamu diatas sana, karena itu adalah atap yang berbicara dan bukan kamu."

tamat.

Kamis, 22 Januari 2009

gagak da kendi

Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.
Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.
dan akhirnya ia pun bisa meminum air yang di dalamnya.

tamat.

ayam dan elang

kamis,22,1,2009

Di suatu daerah pertanian, hiduplah dua ekor ayam jantan yang saling bermusuhan dan sering berkelahi antara keduanya. Pada suatu hari, mereka memulai pertengkaran dan kembali berkelahi, saling mematuk dan mencakar. Mereka berkelahi terus hingga salah satunya di kalahkan dan lari menjauh ke sudut untuk bersembunyi.
Ayam jantan yang memenangkan perkelahian itu dengan bangganya terbang ke atas atap kandang, dan mengkepak-kepakkan sayapnya, berkokok dengan sangat bangga dan kerasnya seolah-olah dia ingin memberi tahukan ke seluruh dunia tentang kemenangannya. Tetapi saat itu seekor burung elang yang terbang di udara mendengar dan akhirnya melihat ayam tersebut di atas atap. Burung elang tersebut akhirnya turun dan menyambar dan menerkam ayam jantan yang jadi pemenang tadi untuk dibawa ke sarangnya.
Ayam yang satunya yang tadinya dikalahkan, melihat seluruh kejadian itu dan keluar dari tempat persembunyiannya dan mengambil tempat sebagai pemenang di perkelahian tadi.

tamat.

Selasa, 20 Januari 2009

raja dan kudanya

rabu,21,1,2009

pada suatu hari hiduplah seorang raja yang sangat menyayani kudanya.kudaq tersebut telah menemaninya sejak ia menjadi pangeran dan kemudian diangkat menjadi raja. kuda tersebut memiliki warna yang hitam. dan kaki yang kuat. raja sangat bangga memilikinya. namun pada suatu hari raja sedang melihat kudanya di beri makan. ternyata kuda tersebut makannya harus di suapi. "wah, manja sekali ternyata kudaku ini! makan saja harus di suapi!" kata raja. dan raja pun langsung saja menyuapinya. namun kuda tersebut tidak mau makan dari tangan raja. melihat itu raja pun tersinggung dan marah. sepanjang jam raja terus marah. dan akhirnya raja bercerita pada permaisurinya dan orang kepercayaan raja. "mungkin saja ia sudah kenyang raja. cobalah raja menyuapinya ketika ia lapar!" kata permaisurinya. dan itu membuat raja sedikit tenang. namun ketika raja mencobanya lagi hasilnya sama saja. karena kudanya tetap tidak makan. dan akhirnya raja kesal dan menyuruh orang kepercayaannya itu untuk ke tempat si kuda. di sana ia memperhatikan sebuah cairan yang ada di dekat si kuda dan setelah berbicara dengan pengurus kuda ia segera berterima kasih dan kemudian ke tempat raja. di sana ia menceritakan sesuatu yang membuat raja tertawa dan tidak marah lagi. ternyata kudanya itu bisa makan bila di suapi siapapun dan ternyata ia baru bisa makan bila rumputnya di beri madu dulu. dan ia pun bisa makan dengan lahap. setelah itu raja tertawa dan malu karena begitu mudahnya ia tersinggung dan marah ke pada kuda.

tamat.

tabib istana

rabu,21,1,2009

pada suatu hari satu istana yang tenang dan damai berubah menjadi ramai dan penuh rasa kegelisahan. hal ini di sebabkan hilangnya seorang tabib. tabib itu adalah tabib yang sudah bekerja bertahun-tahun diistana. ia adalah tabib kepercayaan istana. obat yang di buatnya sederhana, namun selalu berhasil menyembuhkan penyakit atau luka. raja yang kegisah karena tabibnya hilang pun menyuruh seorang pengawal pribadinya. untuk menemukan tabibnya tersebut. pengawal pribadi yang ia suruh adalah orang yang sangat pintar. dan bijaksana. pengawal itu pun segera mencarinya setelah di perintah raja. dan tak lama kemudian ia menemukan tabib tersebut. namun di samping tabib tersebut nampak 2 orang penduduk desa raksasa. penduduk di desa trsebut mempunyai tubuh yang sangat besar dan tidak pernah memakai alas kaki. melihat itu ia pun segera menarik tangan si tabib untuk di ajak lari. ia mengira raksasa itu akan menculik tabib tersebut. " tunggu dulu! kau salah paham! aku tidak di culik! akan tetapi raksasa ini hanya minta tolong padaku! karena salah satu raksasa di desanya sedang sakit." kata si tabib. " benarkah? kalau begitu aku jadi lega. sekarang aku akan memanggil raja ke desa itu dan kau lanjutkanlah perjalananmu!" kata si pengawal. setelah itu si pengawal pun berjalan ke istana. ia melaporkan kejadian yang tadi. mendengar itu raja pun segera ikut kesana. raja juga mencarikan beberapa orang tabib untuk kampung itu. dan setalah si tabib selesai mengobati sakit tersebut, ia pun pulang bersama raja. dan pada saat itu desa raksasa tersebut mempunyai 3 orang tabib. dan tidak kesusahan lagi jika ada raksasa yang sedang luka atau sakit.

tamat.

putri yang sempurna

selasa,20,1,2009

Dahulu kala, ada seorang pangeran yang menginginkan seorang Putri Raja, tetapi Putri tersebut haruslah sempurna. Dia kemudian melakukan perjalanan mengelilingin dunia hanya untuk mencari putri tersebut, tetapi dia selalu menemukan bahwa ada sesuatu yang tidak sempurna pada setiap Putri Raja yang ditemuinya. Dia menemukan banyak Putri Raja, tapi tak ada yang benar-benar dianggap sempurna oleh Pangeran itu. Dengan putus asa akhirnya dia pulang kembali ke istananya dan merasa sangat sedih karena tidak menemukan apa yang dicarinya.
Suatu malam, terjadi hujan badai yang sangat keras; dimana kilat dan guntur beserta hujan turun dengan deras sekali; malam itu sungguh menakutkan.
Ditengah-tengah badai tiba-tiba seseorang mengetuk pintu istana, dan ayah Pangeran yang menjadi Raja waktu itu, sendiri keluar membuka pintu untuk tamu tersebut.
Seorang Putri yang sangat cantik berdiri di luar pintu, kedinginan dan basah kuyup karena badai pada malam itu. Air mengalir dari rambut dan pakaiannya yang masih basah; mengalir turun ke kaki dan sepatunya. Putri tersebut mengaku bahwa dia adalah Putri yang sempurna.
Putri dan dua puluh kasur"Kita akan segera mengetahui apakah yang dikatakan oleh Putri tersebut benar atau tidak," pikir sang Ratu, tetapi dia tidak berkata apa-apa. Dia masuk ke dalam kamar tidur, mengeluarkan seprei yang mengalas tempat tidur yang akan dipakai oleh sang Putri dan menaruh sebutir kacang polong di atas tempat tidur itu. Kemudian dia mengambil dua puluh kasur dan meletakkannya di atas sebutir kacang tersebut. Malam itu sang Putri tidur di atas ranjang tersebut. Di pagi hari, mereka menanyakan apakah sang Putri tidur nyenyak di malam itu.
"Oh saya sangat susah tidur!" kata sang Putri, "Saya sangat sulit untuk memejamkan mata sepanjang malam! Saya tidak tahu apa yang ada pada ranjang itu, saya merasa berbaring di atas sesuatu yang kasar, dan seluruh tubuh saya pegal-pegal dan memar di pagi ini, sungguh menakutkan!"
Raja dan Ratu langsung tahu bahwa sang Putri ini pastilah putri yang benar-benar sempurna, karena hanya putri yang sempurna dapat merasakan sebutir kacang yang ditempatkan di bawah dua puluh kasur an dilapisi dengan dua puluh selimut. Hanya putri yang benar-benar sempurna mempunyai kulit yang begitu halus.
Pangeran kemudian mengambilnya sebagai istri, dan sekarang dia telah menemukan putri yang selama ini dicarinya.

tamat.

orang tua dan setan

selasa,20,1,2009

Dahulu kala ada seorang laki-laki tua yang mempunyai benjolan besar di sebelah kanan wajahnya.
Suatu hari dia pergi ke gunung untuk memotong kayu, ketika hujan mulai turun dan angin bertiup sangat kencang, dia merasa tidak mungkin untuk pulang ke rumah, dengan ketakutan, dia mengambil tempat perlindungan di dalam rongga sebuah pohon tua. Ketika duduk meringkuk dan tak dapat tidur, dia mendengar bunyi banyak suara yang membingungkan di kejauhan yang perlahan-lahan mendekat ke arah mana dia berada. Dia berkata kepada sendiri: "Aneh sekali!" Saya menyangka saya seorang diri saja di gunung ini, tetapi saya mendengar suara banyak orang disini." Oleh sebab itu, dengan sedikit keberanian, dia mengintip, dan melihat kerumunan besar dari orang-orang yang kelihatan aneh. Ada yang berwarna merah, dan berpakaian hijau; yang lainnya berwarna hitam dan berpakaian merah; ada yang hanya memiliki satu mata; sedangkan yang lain tidak mempunyai mulut; memang, sangat tidak mungkin untuk menggambarkan berbagai macam bentuk dan keanehan mereka. Mereka menyalakan api, sehingga menjadi sangat terang seperti di siang hari. Mereka duduk dalam dua barisan yang melintang, dan mulai meminum anggur dan bergembira seperti manusia. Mereka mengedarkan cangkir minuman anggur begitu sering sehingga banyak dari mereka kelihatannya minum terlalu banyak. Salah satu setan muda bangun dan mulai menyanyikan lagu gembira dan menari; begitu juga dengan yang lainnya; beberapa dapat menari dengan baik dan yang lainnya menari dengan sangat buruk. Salah satunya berkata : "Kita sudah menikmati kesenangan yang luar biasa malam ini, tetapi saya lebih suka melihat hal-hal yang baru."
Hantu-hantu bergembiraLalu orang tua itu, hilang rasa takutnya, berpikir bahwa dia juga ingin menari, dan berkata, "Apa yang akan terjadi, terjadilah, bila karena hal ini saya harus meninggal, saya harus tetap akan menari juga," Dia menyelinap keluar dari rongga pohon dan, dengan penutup kepala yang diselipkan menutupi hidungnya dan kapak yang tergantung di pinggangnya, dia mulai menari. Setan-setan itu terlonjak kaget dan berkata, "Siapa ini?" tetapi orang tua itu berayun maju mundur, ke kiri dan ke kanan, semua kerumunan tersebut tertawa dan menikmati tarian yang dibawakan oleh orang tua itu, dan berkata: "Orang tua itu menari dengan sangat bagus! Kamu harus selalu datang dan menemani kami menari disini, tetapi, kami takut kamu mungkin tidak akan datang, jadi kamu harus memberi kami jaminan bahwa kamu akan datang." Jadi setan-setan tersebut mulai berunding sesamanya, dan, setuju bahwa benjolan di wajah orang tua itu adalah kekayaan yang pasti sangat tinggi nilainya, dan menuntut untuk diambil sebagai jaminan. Orang tua itu membalas berkata: "Saya memiliki benjolan ini selama bertahun-tahun, dan saya tidak memiliki alasan untuk berpisah dengan benjolan ini, tetapi kamu bisa mengambilnya, atau sebuah mataku, hidung atau apapun yang kamu inginkan." Lalu setan tersebut memegang benjolan tersebut, memutar dan menariknya, mengambilnya tanpa menimbulkan rasa sakit sedikitpun, dan menyimpannya sebagai jaminan bahwa orang tua itu akan kembali. Ketika hari mulai fajar, burung-burung mulai bernyanyi, setan-setan tersebut terburu-buru untuk pergi.
Orang tua itu meraba wajahnya dan menemukan bahwa wajahnya menjadi mulus tanpa ada benjolan besar lagi di wajahnya. Dia lupa akan kayu yang dipotongnya dan terburu-buru untuk pulang. Istrinya, begitu melihat dia, berteriak kegirangan dan berkata, "Apa yang terjadi denganmu?" Lalu orang tua itu menceritakan semua kisah yang terjadi padanya.
Orang tua dengan dua benjolan di pipiSaat itu, diantara tetangganya, ada orang tua juga yang memiliki benjolan di sebelah kiri wajahnya. Mendengan bahwa orang tua yang pertama tadi berhasil menyingkirkan kesialannya, dia berencana untuk melakukan hal yang sama, Lalu dia berangkat ke gunung dan menyelinap ke rongga pohon yang disebutkan oleh orang tua pertama dan menunggu hingga setan-setan tersebut muncul. Dengan keyakinan penuh, setan-setan tersebut datang seperti yang dikatakan, dan mereka mulai duduk, meminum anggur dan bergembira seperti sebelumnya. Orang tua yang kedua ini, ketakutan dan mulai gemetar, menyelinap keluar dari rongga pohon. Setan-setan tersebut menyambut kedatangannya dan berkata: "Orang tua ini telah datang, mari kita lihat dia menari." Tetapi orang tua yang satu ini sangat kaku dan menari tidak sebaik orang tua yang pertama, sehingga setan-setan itu berteriak: "Tarian kamu sangat jelek dan bertambah buruk dan buruk, kami akan memberikan kamu kembali benjolan yang kami ambil sebagai jaminan." Saat itu, setan yang membawa benjolan tersebut menempelkannya pada sisi wajah kanan si orang tua itu; orang tua yang sial itu akhirnya pulang kerumah dengan benjolan pada kedua sisi wajahnya.

tamat

anak katak yang sombong

senin,19,1,2009

Di tengah padang rumput yang sangat luas, terdapat sebuah kolam yang dihuni oleh berpuluh-puluh katak. Diantara katak-katak tersebut ada satu anak katak yang bernama Kenthus, dia adalah anak katak yang paling besar dan kuat. Karena kelebihannya itu, Kenthus menjadi sangat sombong. Dia merasa kalau tidak ada anak katak lainnya yang dapat mengalahkannya.
Sebenarnya kakak Kenthus sudah sering menasehati agar Kentus tidak bersikap sombong pada teman-temannya yang lain. Tetapi nasehat kakaknya tersebut tidak pernah dihiraukannya. Hal ini yang menyebabkan teman-temannya mulai menghindarinya, hingga Kenthus tidak mempunyai teman bermain lagi.
Pada suatu pagi, Kenthus berlatih melompat di padang rumput. Ketika itu juga ada seekor anak lembu yang sedang bermain di situ. Sesekali, anak lembu itu mendekati ibunya untuk menyedot susu. Anak lembu itu gembira sekali, dia berlari-lari sambil sesekali menyenggok rumput yang segar. Secara tidak sengaja, lidah anak sapi yang dijulurkan terkena tubuh si Kenthus.
"Huh, berani makhluk ini mengusikku," kata Kenthus dengan perasaan marah sambil coba menjauhi anak lembu itu. Sebenarnya anak lembu itu pula tidak berniat untuk mengganggunya. Kebetulan pergerakannya sama dengan Kenthus sehingga menyebabkan Khentus menjadi cemas dan melompat dengan segera untuk menyelamatkan diri.
Sambil terengah-engah, Kenthus sampai di tepi kolam. Melihat Kenthus yang kelihatan sangat capek, kawan-kawannya nampak sangat heran. "Hai Khentus, mengapa kamu terengah-engah, mukamu juga kelihatan sangat pucat sekali,” Tanya teman-temannya.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya cemas saja. Lihatlah di tengah padang rumput itu. Aku tidak tahu makhluk apa itu, tetapi makhluk itu sangat sombong. Makhluk itu hendak menelan aku." Kata Kenthus..
Kakaknya yang baru tiba di situ menjelaskan. " Makhluk itu anak lembu. sepengetahuan kakak, anak lembu tidak jahat. Mereka memang biasa dilepaskan di padang rumput ini setiap pagi."
"Tidak jahat? Kenapa kakak bias bilang seperti itu? Saya hampir-hampir ditelannya tadi," kata Kenthus. "Ah, tidak mungkin. Lembu tidak makan katak atau ikan tetapi hanya rumput." Jelas kakaknya lagi.
"Saya tidak percaya kakak. Tadi, aku dikejarnnya dan hampir ditendang olehnya." Celah Kenthus. "Wahai kawan-kawan, aku sebenarnya bisa melawannya dengan mengembungkan diriku," Kata Kenthus dengan bangga.
" Lawan saja Kenthus! Kamu tentu menang," teriak anak-anak katak beramai-ramai.
"Sudahlah Kenthus. Kamu tidak akan dapat menandingi lembu itu. Perbuatan kamu berbahaya. Hentikan!" kata Kakak Kenthus berulang kali tetapi Kenthus tidak mempedulikan nasehat kakaknya. Kenthus terus mengembungkan dirinya, karena dorongan dari teman-temannya. Sebenarnya, mereka sengaja hendak memberi pelajaran pada Kenthus yang sombong itu.
"Sedikit lagi Kenthus. Teruskan!" Begitulah yang diteriakkan oleh kawan-kawan Kenthus. Setelah perut Kenthus menggembung dengan sangat besar, tiba-tiba Kenthus jatuh lemas. Perutnya sangat sakit dan perlahan-lahan dikempiskannya. Melihat keadaan adiknya yang lemas, kakak Kenthus lalu membantu.
Mujurlah Kenthus tidak apa-apa. Dia sembuh seperti sedia kala tetapi sikapnya telah banyak berubah. Dia malu dan kesal dengan sikapnya yang sombong.

tamat

bukit merah

senin,19,1,2009

pada jaman dahulu kala , Singapura pernah direpotkan oleh ikan todak. Ikan bermoncong panjang dan tajam itu suka menyerang penduduk. Tak terhitung berapa banyak penduduk yang luka-luka dan mati akibat serangan ikan ganas itu.
Raja kemudian memerintahkan penglima perangnya untuk menaklukkan ikan-ikan jahat itu. Maka, dipersiapkanlah sepasukan prajurit untuk membunuh ikan itu. Akan tetapi, hampir semua prajurit itu mati di moncong Todak. Raja bingung bagaimana menundukkan ikan itu.
Di tengah kebingungannya, Raja didatangi seorang anak kecil.
“Mohon ampun, Paduka yang Mulia, bolehkah hamba mengatakan sesuatu tentang ikan-ikan itu?”
“Katakanlah!”
“Ikan-ikan itu hanya bisa ditaklukkan dengan pagar pohon pisang.”
“Apa maksudmu?”
Yang dimaksud anak kecil itu adalah pagar yang terbuat dari batang pohon pisang. Pohon-pohon itu ditebang, dijajarkan, kemudian direkatkan dengan cara ditusuk dengan bambo antara yang satu dan lainnya hingga menyerupai pagar. Pagar itu kemudian ditaruh di pinggir pantai, tempat ikan-ikan itu biasa menyerang penduduk.
Raja kemudian memerintahkan Panglima untuk membuat apa yang dilkatakan anak kecil itu. Diam-diam Panglima mengakui kepintaran si anak. Diam-diam pula dia membenci anak kecil itu. Gagasan si anak membuat Panglima merasa bodoh di hadapan Raja.
“Seharusnya akulah yang mempunyai gagasan itu. Bukankah aku panglima perang tertinggi? Masak aku kalah oleh anaka kecil,” katanya dalam hati.
Keesokan harinya, selesailah pagar pohon pisang itu. Pagar itu lalu ditaruh di tepi pantai sebagaimana yang dikatakana si anak kecil.
Ternyata benar. Ikan-ikan yang menyerang pagar pohon pisang itu tak bisa menarik kembali moncongnya. Mereka mengelepar-gelepar sekuat tenaga, tetapi sia-sia. Moncong mereka yang panjang dan tajam itu menancap kuat dan dalam pada batang pohon pisang yang lunak itu. Akhirnya, dengan mudah penduduk dapat membunuh ikan-ikan jahat itu.
Si anak pun diberi hadiah oleh Raja.
“Terima kasih. Kau sungguh-sungguh anak yang pintar,” puji Raja.
Orang-orang bersuka cita.
Akan tetapi, panglima perang yang iri dan kesal karena merasa tampak bodoh di hadapan Raja itu menghasut Raja.
“Baginda, anak kecil yang cerdas itu tampaknya bisa menjadi ancaman jika dia besar nanti.”
“Maksudmu?”
“Siapa tahu, setelah besar nanti, dengan kepintarannya dia berhasrat merebut tahta Paduka.”
Raja terhasut. Ia lalu memerintahkan Sang Panglima untuk menyingkirkan anak itu.
Sang Panglima mendatangi rumah anak kecil itu dan dengan licik membunuh anak tak berdosa itu. Anehnya, darah si anak mengalir deras dan membasahi seluruh tanah bukit tempat anak itu tinggal. Seluruh bukit menjadi merah. Orang-orang lalu menyebut tempat itu Bukit Merah.

tamat

ajing yang rakus

minggu,18,1,2009

Ada seekor anjing yang sangat rakus. Anjing itu suka merebut makanan kawannya. Kalau anjing lain mendapat daging, dikerjarnya dan direbutnya daging itu
Pada suatu hari anjing rakus itu merasa lapar sekali. Ia berlari kesana-kemari mencari makanan. Di dekat pasar si rakus mencuri sepotong daging. Daging itu digigitnya dan dibawa pulang.
Anjing itu berjalan melalui jembatan kecil di atas sungai. Air sungai itu sangat jernih. Anjing itu melihat ke bawah. Bayangannya tampak jelas.
Si rakus mengira ada anjing lain yang menggigit daging juga...dengan cepat ia melompat ke dalam air. Ia mau merebut daging itu.
Daging yang dimulutnya terlepas, dan hanyut dibawa air. Ternyata tidak ada anjing lain. Yang diserangnya itu hanya bayangannya sendiri. Si rakus basah kuyup. Dengan susah payah ia naik ke darat. Si rakus pulang dengan lesu. Perutnya makin lapar.

tamat

pohon besar

minggu,18,1,2009

Akulah yang paling kuat di sini,” kata Sebatang pohon bicara sambil memamerkan batangnya yang besar di suatu pagi yang cerah. Ia selalu bicara tentang kehebatan-kehebatannya setiap hari. Seolah banyak yang mendengarkan. Padahal ia hanya mempunyai satu tetangga di padang yang kering itu. Tetangganya adalah serumpun ilalang yang kurus.
Pohon itu memang tampak kuat. Badannya besar, selebar pelukan dua orang anak. Lurus dan tinggi menjulang ke angkasa. “Aku juga paling tinggi. Tak ada yang bisa melihat pemandangan yang jauh sepertiku.”
“Tahukah kamu, aku bisa melihat tepian laut dan gunung.” Sang pohon membual. Padang itu sangat jauh dari pantai, dan satu gunung pun tak tampak. Pulau tempat padang itu berada, bentuknya datar saja.
“Hei, anak kecil,” Ia menegur rumpun ilalang kurus yang sejak tadi bersikap seolah tak mendengar perkataan sang pohon. Ilalang itu hampir bosan mendengar kesombongan pohon yang selalu diucapkan setiap hari. Tapi sang pohon bersikap seolah ia belum pernah menceritakan hal itu sekali pun.
Ilalang kurus mendongak.
“Mengapa kamu tidak menanamkan akarmu jauh ke dalam tanah? Dan seharusnya kamu meninggikan pucukmu hingga menjulang ke udara. Seperti aku!”
Ilalang itu tersenyum. “Aku senang dengan tubuhku seperti ini,” Jawabnya dengan tenang.
“Memang, aku tidak akan menjadi kokoh sepertimu. Tapi, kurasa aku merasa sangat aman.”
“Apa katamu? Aman?” Sang pohon tersenyum mengejek. “Kau pikir, siapa yang bisa mencabutku atau menghempaskan tubuhku ke tanah?”
Ilalang kemudian memilih diam. Ia malas mendebat. Ia terbiasa dengan kesombongan sang pohon.
Menjelang siang, angin bertiup sepoi-sepoi. Rasanya sejuk. Sebelum sampai ke padang, angin telah melewati lautan dan danau-danau. Uap air dari lautan dan danau, juga dari pucuk-pucuk rumput dan dedaunan ikut terbang bersama angin. Tak lama kemudian, angin terasa bertiup lebih deras.
“Wah sebentar lagi kita akan beterbangan.” Sebutir daun kering di tanah bicara kepada kerikil dan pasir.
“Kira-kira kita akan terbang dan pindah ke mana, ya?” tanya sebutir pasir.
“Bagiku semua tempat, sama indahnya.” Kata sebutir debu yang menempel di atas daun kering.
Beberapa saat kemudian itu terjadi.
“Whiuuu! Kita mulai terbang!” Debu itu bersorak. “Barangkali di antara kita semua disini, aku yang akan terbang paling jauh.”
“Ya, biasanya memang begitu,” Jawab kerikil.
Debu, pasir, kerikil dan daun kering memang selalu siap jika angin besar datang.
Tak lama kemudian hal yang mereka bicarakan terjadi. Angin juga mendorong awan-awan berkumpul.
“Haha, menyenangkan sekali.” Sang pohon terlihat gembira. “Hei, ilalang kurus, lihat betapa indahnya daun-daunku saat ditiupi angin!”
Pohon itu terlihat seperti sedang menari bersama angin.
“Suatu hari nanti, aku akan semakin tinggi. Di atas sana pasti anginnya lebih deras. Tentu, lebih menyenangkan.”
“Hmmm, Sepertinya akan ada badai.” Kata ilalang dengan pelan. Ia mengetahui itu dari perubahan-perubahan angin dan awan. “Semoga saja bukan badai besar...”
“Biar saja badai besar! Kau pikir aku takut?” Tukas sang pohon.
“Hai pohon, kita tidak boleh sombong.” Setelah mengatakan itu, ilalang berdoa supaya badai tidak terjadi.
Tapi badai tetap terjadi. Awan-awan berkumpul di langit. Tebal sekali, berwarna hitam menutupi matahari. Angin bersiut sangat deras. Suaranya betul-betul menakutkan. Apalagi hujan telah turun sangat deras disertai kilatan-kilatan petir. Petir-petir itu menyambar-nyambar ke tanah. Suasana tambah mencekam dengan munculnya suara-suara guruh.
Pohon besar masih tertawa girang bermain bersama angin yang luar biasa riuh. “Ayo, tunjukkan padaku seberapa hebat kekuatan badai itu?”
Ilalang kurus di bawahnya sudah tampak kepayahan bergoyang-goyang diterjang angin. Terakhir angin memelintir rumpunnya. Ilalang itu patah. Daunnya rebah menyenggol tanah. Ia kesakitan. Tapi ia bersukur, angin justru tidak lagi terasa kencang setelah ia rebah.
“Wah, Kurus! Ternyata kekuatanmu hanya sebegitu. Kamu lemah sekali.” Sang pohon menengok ke bawah, dimana ilalang kurus terbaring menahan rasa sakit. Ia tidak menyadari sebuah angin bergulung, angin topan, datang dari kejauhan.
“Hahaha, kamu percaya apa yang kukatakan tadi pagi, kan?! Akarku menembus tanah jauh ke dalam dan mencengkeram banyak batuan di dalamnya. Tubuhku juga besar, tidak mungkin patah oleh angin.”
Ilalang kecil tidak menjawab, kecuali meminta sang pohon untuk waspada.
“Haha, tak ada yang sanggup mencabutku dari tanah atau menghempaskan tubuhku ke tanah?”
Tapi kemudian ia menyesali ucapannya. Angin topan yang berbentuk seperti kerucut sudah di depannya. Angin itu demikian kuat. Mula-mula dipelintirnya batang pohon. Lalu mengangkati tanah di dekat akar. Sang pohon besar sempat bertahan untuk beberapa lama. Tapi ia kehabisan tenaga. Akar-akarnya tak kuat lagi mencengkeram di tanah.
“Kraaak!” Sebuah dahan sang pohon patah. Lalu, “Aaagh!” Pohon berteriak kesakitan ketika angin berhasil mencabutnya dari tanah. Bongkahan tanah berjatuhan dari akarnya yang sudah lemah. Oleh angin, pohon yang selalu menyombongkan kehebatannya itu diputar-putarkan di udara .
Pohon itu terlempar ke tanah, persis di tempat pernah tumbuh. Lalu, badai berangsur-angsur reda.
Seminggu kemudian, dari sela-sela rumpun ilalang yang patah pucuk-pucuk daun baru tumbuh. Beberapa minggu kemudian, ilalang itu telah berdiri tegak. Seolah badai tidak pernah membuatnya rebah.
Pohon besar yang terbaring menatap sedih. Sekarang ia menyesali kesombongannya dahulu.

tamat

4 ekor lembu

sabtu,17,1,2009

Bahaya!” Kata seekor lembu pada tiga lembu lainnya. “Apakah kalian mendengar suara singa?”
Keempat lembu yang sedang merumput di padang hijau dan luas mengangkat kepala.
“Ya, aku mendengarnya. Sepertinya singa itu sendirian.” Sahut lembu berkulit putih totol coklat.
“Kalau dia menyerang kita, kita harus berusaha melawannya.”
“Baiklah, jangan berpencar. Kita musti saling melindungi, kawan-kawan!”
Ketiga lembu lain mengangguk. Lalu mereka melanjutkan makan rumput dalam jarak berdekatan dan tetap waspada.
Benar sekali, seekor singa sedang mengendap menuju lembu-lembu itu. “Auhmmm... lapar sekali,” Singa itu mengaum dari balik rumput-rumput yang tinggi, “Lembu-lembu yang gemuk. Auhmm...!”
Tak lama kemudian singa itu sudah sangat dekat dengan para lembu.
“Cepat! Merapat kawan-kawan” Lembu gemuk berkulit coklat belang putih memberi isyarat. Lembu lainnya segera merapat saling membelakangi. Ekor mereka saling mendekati.
“Auhmm!” Singa itu siap menerkam ke arah lembu yang paling gemuk. Tapi lembu itu sudah siap mengibas-ibaskan tanduknya.
Singa yang kelaparan itu mencoba menerkam. Tapi luput. Malah perutnya hampir terluka terkena tanduk lembu yang kuat dan tajam.
“Aaaghh! Sakit sekali.” Singa meringis, meski tidak luka oleh tanduk, namun perutnya terasa sakit sekali. Lalu ia berlari mengitari keempat lembu.
Lembu-lembu merapatkan posisi mereka, saling melindungi satu sama lain. Mereka seperti membuat benteng yang kuat. Dari arah manapun sang singa akan menerkam, tanduk-tanduk lembu menghadangnya.
Singa itu sangat kelaparan. Sudah beberapa hari hanya makan hewan-hewan kecil seperti kelinci saja. “Lembu-lembu ini akan lengah atau kecapaian,” Katanya dalam hati.
Dugaan singa itu salah. Setiap kali ia menyerang, para lembu sudah sangat siaga. Sampai sore hari, singa itu belum berhasil menerkam mangsanya. Malah, perut dan pipi singa itu robek berdarah.
“Uphs, kalau begini aku bisa mati. tidak lucu. Masa’ singa mati oleh tanduk mangsanya.” Singa akhirnya kelelahan. Akhirnya ia mundur menjauh dan pulang ke sarangnya.
Keesokan harinya, singa itu kembali mencoba menerkam salah satu lembu.
“Kawan-kawan, dia datang lagi! Berkumpuuul!” Seekor lembu berteriak.
“Auuhmmm! Hari ini aku pasti berhasil.” Sang singa melompat sepenuh tenaga.
Para lembu tetap saling melindungi seperti hari sebelumnya. Ditambah rasa percaya diri yang besar, karena sebelumnya mereka berhasil mengusir singa itu. “Rasakan tajamnya, tandukku!” Kata lembu coklat belang putih.
Singa dengan sigap berhasil menghindar kibasan tanduk itu. Ia berputar ke arah kanan. Lalu menyerang salah satu lembu yang dia kira lengah.
“Pergi Kamu!” Kata lembu paling kurus.
Dan, Crasssh! Tanduk sang lembu kurus berhasil mengiris tepian leher singa. Singa melolong kesakitan, lalu pergi mengobati lukanya.
Kejadian seperti itu terjadi berkali-kali. Hari demi hari, singa tak dapat menerkam satu pun dari keempat lembu. Singa kelaparan, ia hanya makan kelinci, tupai tanah, burung-burung dan hewan kecil lainnya. Demikianlah hingga beberapa minggu, beberapa bulan. Akhirnya singa itu kurus dan tak punya semakin merasa putus asa. Tenaganya pun semakin melemah karena kekurangan makanan.
Para lembu pun merasa yakin bahwa singa itu sudah tidak berani lagi menincar mereka. “Sekali lagi ia menyerang kita, ia akan terluka parah dengan tandukku!” Kata salah satu dari mereka.
“Aku rasa juga begitu,” Lembu lain menimpali. “Jangankan melawan kita secara serentak, melawan aku sendiri saja ia pasti akan kelelahan.”
“Itu benar! Lihatlah caranya berjalan. Sudah tidak bertenaga. Tidak menyeramkan sama sekali.”
“Kawan-kawan, Menurutku kita tetap harus waspada dan bersatu melawannya.”
“Aaah... dasar penakut!”
“Sudahlah, jangan gusar. Dia tidak akan berani lagi!
“Iya! Tidak perlu terlalu kuatir. Mari kita merumput lagi.”
Keempat lembu kemudian dapat menikmati rumput-rumput segar dengan tenang tanpa merasa terancam.
“Mmm, menyenangkan. Kawan-kawan, sepertinya rumput-rumput muda sedang tumbuh di dekat danau. Kita ke sana!” Lembu putih totol coklat mengajak teman-temannya.
“Malas, ah. Rumput di sini, juga segar.” Jawab lembu gemuk coklat belang putih, “Kamu saja ke sana saja sendiri, kalau mau.”
“Aku akan ke pucuk bukit. Rumput muda di sana lebih enak.” Lembu kulit kuning akhirnya bicara sambil bergerak menuju ke atas gundukan bukit.
Akhirnya mereka berpisah. Lembu kurus mencari tempat yang paling aman baginya, sebuah padang kecil yang terlindung oleh tebing-tebing batu.
Dari kejauhan, singa melihat peristiwa itu. “Ahha! Sekarang saatnya. Mereka berpisah dan tidak bisa saling melindungi.”
Singa dengan cepat berlari menuju ke lembu yang sendirian. Meski lembu berusaha melawan mati-matian, tapi singa terlalu kuat untuk dihadapi sendiri. Tak lama kemudian lembu itu mati dan menjadi santapan singa.
Akhirnya, satu demi satu lembu mati diterkam harimau. Karena keempat lembu lupa dengan semboyan pernah mereka ucapkan, “Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh”.

tamat.

singa dan nyamuk

sabtu,17,1,2009

Si nyamuk hendak mengisap darah singa itu. Suara nyamuk yang mendengung membuat singa terbangun.. Ia merasa terusik dengan si nyamuk.cerita anak singa dan nyamuk
”Mmhhh... Awas kau nyamuk! Kau sudah mengganggu tidurku. Singa berusaha menangkap si nyamuk tapi dengan gesitnya si nyamuk bisa menghindar. ”Kau menyombongkan dirimu sebagai raja binatang. Tetapi aku tak takut padamu,” ejek Nyamuk.
Singa marah sekali. Sementara itu nyamuk mencari kesempatan untuk menggigitnya. Mengakulah kalah, Taring dan cakarmu yang tajam itu pun tak mampu menyakiti diriku. Nah sekarang giliranku,” kata nyamuk lagi. Kemudian ia mengembangkan sayapnya sambil mengepak-ngepakkannya dengan dahsyat.
cerita anak singa dan nyamuk
Tak lama, nyamuk-nyamuk lain berdatangan.
”Pasukan serbu....” teriaknya. Kawanan nyamuk pun segera menyerbu. ”Tolong...” teriak Singa sembari menggaruk wajahnya. Karena tak tahan, Singa melompat ke sungai untuk mengompres wajahnya yang bengkak. ”Sekarang akuilah kekalahanmu,” seru Nyamuk. Lalu ia terbang dengan congkaknya.cerita anak singa dan nyamuk
Tiba-tiba ia terjerat ke dalam sarang laba-laba. Ia berusaha keras untuk meloloskan diri. Tetapi laba-laba itu dengan cepat menyerang dan membunuhnya. ”Oh, tak pernah kubayangkan aku akan mati oleh makhluk sekecil ini setelah berhasil mengalahkan Singa si Raja hutan,” tangisnya..

tamat

pulau mintin

jumat,16,1,2009

Pada zaman dahulu, terdapatlah sebuah kerajaan di Pulau Mintin daerah Kahayan Hilir. Kerajaan itu sangat terkenal akan kearifan rajanya. Akibatnya, kerajaan itu menjadi wilayah yang tenteram dan makmur.
Pada suatu hari, permaisuri dari raja tersebut meninggal dunia. Sejak saat itu raja menjadi murung dan nampak selalu sedih. Keadaan ini membuatnya tidak dapat lagi memerintah dengan baik. Pada saat yang sama, keadaan kesehatan raja inipun makin makin menurun. Guna menanggulangi situasi itu, raja berniat untuk pergi berlayar guna menghibur hatinya.
Untuk melanjutkan pemerintahan maka raja itu menyerahkan tahtanya pada kedua anak kembarnya yang bernama Naga dan Buaya. Mereka pun menyanggupi keinginan sang raja. Sejak sepeninggal sang raja, kedua putranya tersebut memerintah kerajaan. Namun sayangnya muncul persoalan mendasar baru.
Kedua putra raja tersebut memiliki watak yang berbeda. Naga mempunyai watak negatif seperti senang berfoya-foya, mabuk-mabukan dan berjudi. Sedangkan buaya memiliki watak positif seperti pemurah, ramah tamah, tidak boros dan suka menolong.
Melihat tingkah laku si Naga yang selalu menghambur-hamburkan harta kerajaan, maka si Buayapun marah. Karena tidak bisa dinasehati maka si Buaya memarahi si Naga. Tetapi rupaya naga ini tidak mau mendengar. Pertengkaran itu berlanjut dan berkembang menjadi perkelahian. Prajurit kerajaan menjadi terbagi dua, sebahagian memihak kepada Naga dan sebagian memihak pada Buaya. Perkelahian makin dahsyat sehingga memakan banyak korban.
Dalam pelayarannya, Sang raja mempunyai firasat buruk. Maka ia pun mengubah haluan kapalnya untuk kembali ke kerajaanya. Betapa terkejutnya ia ketika menyaksikan bahwa putera kembarnya telah saling berperang. Dengan berang ia pun berkata,"kalian telah menyia-nyiakan kepercayaanku. Dengan peperangan ini kalian sudah menyengsarakan rakyat. Untuk itu terimalah hukumanku. Buaya jadilah engkau buaya yang sebenarnya dan hidup di air. Karena kesalahanmu yang sedikit, maka engkau akan menetap di daerah ini. Tugasmu adalah menjaga Pulau Mintin. Sedangkan engkau naga jadilah engkau naga yang sebenarnya. Karena kesalahanmu yang besar engkau akan tinggal di sepanjang Sungai Kapuas. Tugasmu adalah menjaga agar Sungai Kapuas tidak ditumbuhi Cendawan Bantilung."
Setelah mengucapkan kutukan itu, tiba-tiba langit gelap dan petir menggelegar. Dalam sekejap kedua putranya telah berubah wujud. Satu menjadi buaya. Yang lainnya menjadi naga.

tamat.

Senin, 19 Januari 2009

batu golog

jumat,16,1,2009

Pada jaman dahulu di daerah Padamara dekat Sungai Sawing hiduplah sebuah keluarga miskin. Sang istri bernama Inaq Lembain dan sang suami bernama Amaq Lembain.
Mata pencaharian mereka adalah buruh tani. Setiap hari mereka berjalan kedesa desa menawarkan tenaganya untuk menumbuk padi.
Kalau Inaq Lembain menumbuk padi maka kedua anaknya menyertai pula. Pada suatu hari, ia sedang asyik menumbuk padi. Kedua anaknya ditaruhnya diatas sebuah batu ceper didekat tempat ia bekerja.
Anehnya, ketika Inaq mulai menumbuk, batu tempat mereka duduk makin lama makin menaik. Merasa seperti diangkat, maka anaknya yang sulung mulai memanggil ibunya: "Ibu batu ini makin tinggi." Namun sayangnya Inaq Lembain sedang sibuk bekerja. Dijawabnya, "Anakku tunggulah sebentar, Ibu baru saja menumbuk."
Begitulah yang terjadi secara berulang-ulang. Batu ceper itu makin lama makin meninggi hingga melebihi pohon kelapa. Kedua anak itu kemudian berteriak sejadi-jadinya. Namun, Inaq Lembain tetap sibuk menumbuk dan menampi beras. Suara anak-anak itu makin lama makin sayup. Akhirnya suara itu sudah tidak terdengar lagi.
Batu Goloq itu makin lama makin tinggi. Hingga membawa kedua anak itu mencapai awan. Mereka menangis sejadi-jadinya. Baru saat itu Inaq Lembain tersadar, bahwa kedua anaknya sudah tidak ada. Mereka dibawa naik oleh Batu Goloq.
Inaq Lembain menangis tersedu-sedu. Ia kemudian berdoa agar dapat mengambil anaknya. Syahdan doa itu terjawab. Ia diberi kekuatan gaib. dengan sabuknya ia akan dapat memenggal Batu Goloq itu. Ajaib, dengan menebaskan sabuknya batu itu terpenggal menjadi tiga bagian. Bagian pertama jatuh di suatu tempat yang kemudian diberi nama Desa Gembong olrh karena menyebabkan tanah di sana bergetar. Bagian ke dua jatuh di tempat yang diberi nama Dasan Batu oleh karena ada orang yang menyaksikan jatuhnya penggalan batu ini. Dan potongan terakhir jatuh di suatu tempat yang menimbulkan suara gemuruh. Sehingga tempat itu diberi nama Montong Teker.
Sedangkan kedua anak itu tidak jatuh ke bumi. Mereka telah berubah menjadi dua ekor burung. Anak sulung berubah menjadi burung Kekuwo dan adiknya berubah menjadi burung Kelik. Oleh karena keduanya berasal dari manusia maka kedua burung itu tidak mampu mengerami telurnya.

tamat.

perempuan tua

kamis,15,1,2009

Dahulu kala ada seorang wanita tua yang sangat-sangat gembira dan selalu penuh dengan sukacita, walaupun hampir tidak memiliki apa-apa, dan dia sudah tua, miskin dan tinggal sendirian. Dia tinggal di sebuah pondok kecil dan menghidupi dirinya dengan membantu tetangganya mengantarkan pesanan, dia hanya mendapatkan sedikit makanan, sedikit sup sebagai upahnya. Dia selalu giat bekerja dan selalu terlihat.
Disuatu sore, di musim panas, ketika dia berjalan pulang ke rumahnya, dengan penuh senyuman seperti biasanya, dia menemukan sebuah pot hitam yang besar tergeletak di tanah!
"Oh Tuhan!" katanya, "Pot ini akan menjadi tempat yang bagus untuk menyimpan sesuatu apabila saya mempunyai apa-apa yang dapat disimpan disana! Sayangnya saya tidak memiliki apa-apa! Siapa yang telah meletakkan pot ini disini?"
Kemudian dia melihat ke sekeliling berharap bahwa pemiliknya tidak jauh dari sana, tapi dia tidak melihat siapapun disana.
"Mungkin pot ini memiliki lubang," katanya lagi,"dan karena itulah pot ini dibuang. Tapi pot ini akan sangat bagus bila saya meletakkan setangkai bunga dan menaruhnya di jendela rumahku, saya akan membawanya pulang."
Dan ketika dia mengangkat tutupnya dan melihat ke dalam. "Ya ampun!" teriaknya dengan terkagum-kagum. "Penuh dengan emas. Betapa beruntungnya saya!"
Di dalam pot tersebut dilihatnya tumpukan koin emas yang berkilap. Saat itu dia begitu terpana dan tidak bergerak sama sekali, kemudian akhirnya dia berkata
"Saya merasa sangat kaya sekarang, benar-benar kaya raya!"
Setelah dia mengucapkan kata-kata ini beberapa kali, dia mulai berpikir bagaimana dia dapat membawa harta karun itu kerumahnya. Pot berisi emas itu begitu berat untuk dibawa, dan dia tidak menemukan cara yang baik selain mengikat pot itu pada ujung selendangnya dan menariknya sampai ke rumah.
"Sebentar lagi hari akan menjadi gelap," katanya sendiri dan mulai berjalan. "Ah.. sekarang lebih baik! karena tetanggaku tidak akan melihat apa yang saya bawa pulang ke rumah, dan saya bisa sendirian saja sepanjang malam, memikirkan apa yang saya akan lakukan dengan emas ini! mungkin saya akan membeli rumah yang besar dan duduk-duduk di perapiannya sambil menikmati secangkir teh dan tidak bekerja lagi seperti seorang Ratu. Atau mungkin saya akan mengubur emas ini di taman dan meyimpan sedikit emas ini di teko tua ku, atau mungkin .. wah.. wah.. saya merasa tidak mengenal diri saya sekarang."
Sekarang dia merasa lelah karena menarik pot yang berat itu, berhenti sejenak untuk beristirahat, dan berbalik melihat ke hartanya.
Dan dilihatnya pot itu tidak berisi emas, tapi hanya tumpukan koin perak di dalamnya.
Dia menatap pot itu dan menggosok matanya, dan menatap kembali.
"Saya berpikir bahwa pot tadi berisi emas! Saya mungkin bermimpi. Tapi ini adalah keberuntungan! Perak lebih tidak menyusahkan, gampang di pakai, dan tidak mudah dicuri. Koin emas mungkin membawa kematian untuk saya, dan dengan setumpuk koin perak ini..."
kemudian dia berjalan lagi sambil memikirkan apa yang harus dilakukannya, dan merasa seperti orang kaya, hingga akhirnya dia keletihan lagi dan berhenti beristirahat dan menengok kembali apakah hartanya masih aman; dan saat itu dia tidak melihat perak, melainkan setumpuk besi!
"Saya menyangka pot itu berisi perak! saya pasti bermimpi, Tapi ini adalah keberuntungan! sungguh menyenangkan. Saya dapat menjual dan mendapatkan satu penny untuk satu besi tua ini, dan satu penny lebih gampang di bawa dan di atur dibandingkan emas dan perak. Mengapa! karena saya tidak harus tidur dengan gelisah karena takut di rampok. Tapi satu penny betul-betul dapat berguna dan saya seharusnya menjual besi-besi itu dan menjadi kaya, benar-benar kaya."
kemudian dia berjalan lagi sambil memikirkan apa yang harus dilakukannya dengan uang penny nya nanti, hingga sekali lagi dia berhenti beristirahat dan menengok kembali apakah hartanya masih aman; dan kali ini dia tidak melihat apa-apa selain batu-batu besar dalam pot itu.
"Saya menyangka pot itu berisi bersi! saya pasti bermimpi, Tapi ini adalah keberuntungan! karena saya sudah lama menginginkan batu besar untuk menahan agar pintu pagar saya tetap terbuka. Sungguh hal yang baik memiliki keberuntungan."
Perempuan dan Jadi-JadianDia menjadi sangat ingin melihat bagaimana batu itu nanti bisa menahan pintu pagarnya agar selalu terbuka, dia akhirnya berjalan terus hingga tiba di pondoknya. Dia membuka pintu pagarnya, berbalik untuk melepaskan selendangnya dari batu besar yang tergeletak di belakangnya. Tetapi apa yang dilihatnya bukanlah batu besar, melainkan serpihan-serpihan batu.
Sekarang dia membungkuk dan melepaskan ujung selendangnya, dan - "Oh!" Tiba-tiba dia terlonjak kaget, sebuah jeritan, dan mahkluk yang sebesar tumpukan jerami, dengan empat kaki yang panjang dan dua telinga yang panjang, memiliki ekor panjang, menendang-nendang ke udara sambil memekik dan tertawa seperti anak yang nakal!
Wanita tua itu memandangnya sampai makhluk itu menghilang dari pandangan, kemudian akhirnya perempuan itu tertawa juga.
"Baiklah!" katanya sambil tertawa, "Saya beruntung! Cukup beruntung. Sungguh senang bisa melihat hantu jadi-jadian dengan mata kepala sendiri, dan bebas darinya juga! Ya Tuhan, saya merasa sangat bahagia!"
Kemudian dia masuk ke pondoknya dan tertawa sepanjang malam membayangkan kejadian tadi dan merasa betapa beruntungnya dia hari ini.


tamat.

buaya perompak

kamis,15,1,2009

Pada jaman dahulu, Sungai Tulang Bawang sangat terkenal akan keganasan buayanya. Sehingga orang yang berlayar disana maupun para penduduk yang tinggal disana perlu untuk sangat berhati-hati. Menurut cerita, sudah banyak manusia yang hilang begitu saja disana.
Pada suatu hari, kejadian yang menyedihkan itu terulang kembali. Orang yang hilang itu adalah seorang gadis rupawan yang bernama Aminah. Anehnya, meskipun penduduk seluryh kampung tepi Sungai Tulang Bawang mencarinya. Tidak ada jejak yang tertinggal. Sepertinya ia sirna ditelan bumi.
Nun jauh dari kejadian itu, di dalam sebuah gua besar tergoleklah Aminah. Ia baru saja tersadar dari pingsannya. Betapa terkejutnya ia ketika menyadari bahwa gua itu dipenuhi oleh harta benda yang ternilai harganya. Ada permata, emas, intan, maupun pakaian yang indah-indah. Harta benda itu mengeluarkan sinar yang berkilauan.
Belum habis rasa takjubnya, dari sudut gua terdengarlah sebuah suara yang besar, "janganlah takut gadis rupawan! Meskipun aku berwujud buaya, sebenarnya aku adalah manusia sepertimu juga. Aku dikutuk menjadi buaya karena perbuatanku dulu yang sangat jahat. Namaku dulu adalah Somad, perampok ulung di Sungai Tulang Bawang. Dulu aku selalu merampok setiap saudagar yang berlayar disini. Semua hasil rampokanku kusimpan dalam gua ini. Kalau aku butuh makanan maka harta itu kujual sedikit di pasar desa tepi sungai. Tidak ada seorangpun yang tahu bahwa aku telah membangun terowongan di balik gua ini. Terowongan itu menghubungkan gua ini dengan desa tersebut."
Tanpa disengaja, si buaya perompak tersebut sudah membuka rahasia gua tempat kediamannya. Secara seksama Aminah menyimak dan mengingat keterangan berharga itu. Buaya itu selalu memberinya hadiah perhiasan. Harapannya adalah agar Aminah mau tetap tinggal bersamanya. Namun keinginan Aminah untuk segera kembali ke kampung halamannya makin menjadi-jadi.
Pada suatu hari, buaya perompak tersebut sedikit lengah. Ia tertidur dan meninggalkan pintu guanya terbuka. Si Aminah pun keluar sambil berjingkat-jingkat. Di balik gua itu ditemukannya sebuah terowongan yang sempit. Setelah cukup lama menelusuri terowongan itu, tiba-tiba ia melihat sinar matahari. Betapa gembiranya ia ketika keluar dari mulut terowongan itu. Disana Aminah ditolong oleh penduduk desa yang mencari rotan. Lalu Aminah memberi mereka hadiah sebagian perhiasan yang dibawanya. Aminah akhirnya bisa kembali ke desanya dengan selamat. Ia pun selanjutnya hidup tenteram disana.

tamat.

aryo menak

rabu,14,1,2009

Dikisahkan pada jaman Aryo Menak hidup, pulau Madura masih sangat subur. Hutannya sangat lebat. Ladang-ladang padi menguning.
Aryo Menak adalah seorang pemuda yang sangat gemar mengembara ke tengah hutan. Pada suatu bulan purnama, ketika dia beristirahat dibawah pohon di dekat sebuah danau, dilihatnya cahaya sangat terang berpendar di pinggir danau itu. Perlahan-lahan ia mendekati sumber cahaya tadi. Alangkah terkejutnya, ketika dilihatnya tujuh orang bidadari sedang mandi dan bersenda gurau disana.
Ia sangat terpesona oleh kecantikan mereka. Timbul keinginannya untuk memiliki seorang diantara mereka. Iapun mengendap-endap, kemudian dengan secepatnya diambil sebuah selendang dari bidadari-bidadari itu.
Tak lama kemudian, para bidadari itu selesai mandi dan bergegas mengambil pakaiannya masing-masing. Merekapun terbang ke istananya di surga kecuali yang termuda. Bidadari itu tidak dapat terbang tanpa selendangnya. Ia pun sedih dan menangis.
Aryo Menak kemudian mendekatinya. Ia berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi. Ditanyakannya apa yang terjadi pada bidadari itu. Lalu ia mengatakan: "Ini mungkin sudah kehendak para dewa agar bidadari berdiam di bumi untuk sementara waktu. Janganlah bersedih. Saya akan berjanji menemani dan menghiburmu."
Bidadari itu rupanya percaya dengan omongan Arya Menak. Iapun tidak menolak ketika Arya Menak menawarkan padanya untuk tinggal di rumah Arya Menak. Selanjutnya Arya Menak melamarnya. Bidadari itupun menerimanya.
Dikisahkan, bahwa bidadari itu masih memiliki kekuatan gaib. Ia dapat memasak sepanci nasi hanya dari sebutir beras. Syaratnya adalah Arya Menak tidak boleh menyaksikannya.
Pada suatu hari, Arya Menak menjadi penasaran. Beras di lumbungnya tidak pernah berkurang meskipun bidadari memasaknya setiap hari. Ketika isterinya tidak ada dirumah, ia mengendap ke dapur dan membuka panci tempat isterinya memasak nasi. Tindakan ini membuat kekuatan gaib isterinya sirna.
Bidadari sangat terkejut mengetahui apa yang terjadi. Mulai saat itu, ia harus memasak beras dari lumbungnya Arya Menak. Lama kelamaan beras itupun makin berkurang. Pada suatu hari, dasar lumbungnya sudah kelihatan. Alangkah terkejutnya bidadari itu ketika dilihatnya tersembul selendangnya yang hilang. Begitu melihat selendang tersebut, timbul keinginannya untuk pulang ke surga. Pada suatu malam, ia mengenakan kembali semua pakaian surganya. Tubuhnya menjadi ringan, iapun dapat terbang ke istananya.
Arya Menak menjadi sangat sedih. Karena keingintahuannya, bidadari meninggalkannya. Sejak saat itu ia dan anak keturunannya berpantang untuk memakan nasi

tamat.

aji saka

rabu,14,1,2009

Dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan yang diperintah oleh raja bernama Prabu Dewata Cengkar yang buas dan suka makan manusia. Setiap hari sang raja memakan seorang manusia yang dibawa oleh Patih Jugul Muda. Sebagian kecil dari rakyat yang resah dan ketakutan mengungsi secara diam-diam ke daerah lain.
Di dusun Medang Kawit ada seorang pemuda bernama Aji Saka yang sakti, rajin dan baik hati. Suatu hari, Aji Saka berhasil menolong seorang bapak tua yang sedang dipukuli oleh dua orang penyamun. Bapak tua yang akhirnya diangkat ayah oleh Aji Saka itu ternyata pengungsi dari Medang Kamulan. Mendengar cerita tentang kebuasan Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka berniat menolong rakyat Medang Kamulan. Dengan mengenakan serban di kepala Aji Saka berangkat ke Medang Kamulan.
Perjalanan menuju Medang Kamulan tidaklah mulus, Aji Saka sempat bertempur selama tujuh hari tujuh malam dengan setan penunggu hutan, karena Aji Saka menolak dijadikan budak oleh setan penunggu selama sepuluh tahun sebelum diperbolehkan melewati hutan itu.
Tapi berkat kesaktiannya, Aji Saka berhasil mengelak dari semburan api si setan. Sesaat setelah Aji Saka berdoa, seberkas sinar kuning menyorot dari langit menghantam setan penghuni hutan sekaligus melenyapkannya.
Aji Saka tiba di Medang Kamulan yang sepi. Di istana, Prabu Dewata Cengkar sedang murka karena Patih Jugul Muda tidak membawa korban untuk sang Prabu.
Dengan berani, Aji Saka menghadap Prabu Dewata Cengkar dan menyerahkan diri untuk disantap oleh sang Prabu dengan imbalan tanah seluas serban yang digunakannya.
Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji Saka, serban terus memanjang sehingga luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata Cengkar. Prabu marah setelah mengetahui niat Aji Saka sesungguhnya adalah untuk mengakhiri kelalimannya.
Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang marah, serban Aji Saka melilit kuat di tubuh sang Prabu. Tubuh Prabu Dewata Cengkar dilempar Aji Saka dan jatuh ke laut selatan kemudian hilang ditelan ombak.
Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan. Ia memboyong ayahnya ke istana. Berkat pemerintahan yang adil dan bijaksana, Aji Saka menghantarkan Kerajaan Medang Kamulan ke jaman keemasan, jaman dimana rakyat hidup tenang, damai, makmur dan sejahtera.

tamat.

cincin sakti

selasa,13,1,2009

Dahulu ada sebuah kerajaan bernama kerajaan Sangrila. Rajanya bernama Mahawuni. Ia didampingi seorang permaisuri bernama Cendana. Pangeran Hawuna adalah satu-satunya putra mahkota yang kelak menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja. Pada suatu hari Pangeran Hawuna berburu ke hutan beserta pengawalnya. Dahulu masih banyak hutan yang belum pernah terjamah manusia. Dengan berbagai perlengkapan, Pangeran Hawuna masuk ke dalam hutan belantara. Sudah berhari-hari, Pangeran Hawuna bersama seorang pengawalnya menjelajahi hutan, namun belum seekor binatangpun berhasil ditangkap. Binatang yang mereka incar selalu lepas. “Hari-hari sial,” kata pengawalnya kepada Pangeran Hawuna. Pangeran Hawuna membangun kemah dari dedaunan di tengah semak-semak. Tiba-tiba…..”Hantu!” seru pengawal Pangeran Hawuna sambil menunjuk semak-semak bergerak diiringi rintihan tangis seorang wanita. Pangeran Hawuna segera siaga dengan alat-alat buruannya.
“Aku bukan hantu!” seru seorang gadis berpakaian kumal yang muncul dari rimbunan semak itu. “Namaku Nuri,” tambah gadis cantik itu memperkenalkan diri sambil berjabatan tangan dengan Pangeran Hawuna. Pangeran Hawuna menerimanya dengan senang hati, betapapun masih diliputi rasa keraguan. Nuri menceritakan bahwa dirinya berasal dari kerajaan Bintan. Ia puteri Raja yang diculik Nenek sihir jahat. Saat itu pun, ia masih berada di dalam cengkeraman tangan si Nenek Sihir. Usaha meloloskan diri selalu gagal. Namun, ia selalu mohon kepada Sang Deawata agar bisa segera bebas dari jerat kesaktian si Nenek sihir.
“Hey Nuri! Cepat kembali ke gua!” perintah Nenek Sihir yang muncul tiba-tiba. Ia tertawa melengking dan menakutkan. Pakaian dan rambutnya kumal. Badannya kurus dan bungkuk. Setiap membuka mulut, giginya mengeluarkan pancaran sinar kekuning-kuningan. Tangan kanannya memegang tongkat berkepala ular naga yang dari lidahnya mengeluarkan cahaya merah. Tongkat itu adalah tongkat ajaib, sebagai senjata andalan Nenek Sihir. Di bawah pengaruh sihir itu, Putri Nuri melesat ke angkasa, terbang mengikuti kemauan nenek sihir.
Pangeran Hawuna berusaha mengejar, namun sia-sia. Bahkan ia terpisah dari pengawalnya. Hari menjelang malam, Pangeran Hawuna pun merasa lelah. Ia beristirahat di bawah pohon. Dilihatnya sebuah lentera di sebuah gubuk dekat dengan tempatnya istirahat. Perlahan-lahan Pangeran Hawuna mendekati gubug itu. “Siapakah kau?” sapa seorang kakek berjubah putih dan memakai ikat kepala putih. Janggutnya juga putih memanjang. Tampaknya ia adalah seorang kakek sakti. Pangeran Hawuna segera duduk bersila di hadapannya. Ia memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud tujuannya.
“Oh, nenek sihir itu memang jahat sekali. Aku tidak mampu melawannya. Kaulah yang kutunggu-tunggu. Menurut firasatku kaulah yang mampu menandingi kesaktian nenek sihir itu,” ucap kakek sakti kepada Pangeran Hawuna sambil memberikan sebuah cincin bersinar yang menyilaukan. Cincin itu adalah cincin ajaib. Kakek sakti menekankan bahwa untuk melawan nenek sihir harus berhati-hati dan waspada. Cincin ajaib harus digosok terlebih dahulu sambil mengucapkan mantra yang harus diulang tiga kali. Cincin ajaib akan segera mengeluarkan cahaya yang sangat panas dan akan membakar lawan yang dihadapi. Kakek sakti segera mengenakan Cincin Sakti di jari manis tangan kiri Pangeran Hawuna. Seketika itu juga Pangeran Hawuna tampak memancarkan sinar yang berkilauan. Sinar cincin sakti telah menyatu dengan tubuh Pangeran Hawuna. Keberaniannya semakin bertambah. Semangatnya berkobar-kobar. “Aku akan menyertai perjuanganmu,” ucap kakek sakti pelan seraya menumpangkan kedua belah tangannya di kepala Pangeran Hawuna. Pangeran Hawuna mengucapkan terima kasih dan segera mohon diri.
Suasana Kerajaan Sangrila gempar, karena pengawal Pangeran Hawuna telah tiba di istana Kerajaan Sangrila dan melaporkan pada Raja Mahawuni bahwa Pangeran Hawuna telah diculik oleh nenek sihir penguasa hutan belantara. “Cari sampai ketemu!” perintah Raja Mahawuni kepada para pengawalnya. Perintah Raja Mahawuni dilaksanakan dengan menyiapkan ratusan prajurit khusus yang sudah terlatih dan biasa menjelajahi hutan belantara. Berhari-hari mereka menjelajahi hutan belantara, tetapi Pangeran Hawuna tidak dapat ditemukan. Mereka menjadi putus asa, tetapi tidak ada yang berani kembali ke istana karena khawatir mendapat hukuman dari Raja Mahawuni.
Sementara itu, Pangeran Hawuna dengan tangkas dan dan cerdiknya melompat dari pohon ke pohon berusaha menemukan puteri Nuri. Berkat kesaktian cincin sakti itulah Pangeran Hawuna dapat terbang sambil mengamati gua tempat nenek sihir. Pangeran Hawuna tiba disebuah gunung batu yang tinggi. Ia mengamati dengan seksama keadaan gunung itu. Didapatinya sebuah pintu batu besar yang dijaga raksasa menakutkan. Pangeran Hawuna ingin segera melewati pintu itu, tetapi raksasa itu melarangnya. Terjadilah pertempuran seru. Pangeran Hawuna segera membaca mantra sambil menggosok cincin sakti. Raksasa itu pun berteriak kepanasan dan akhirnya tewas terbakar.
“Hey anak muda! Wilayah ini adalah daerah kekuasaanku! Enyahlah kau!” bentak nenek sihir jahat sambil tertawa melengking. “Jangan buang waktu. Gosok cincin saktimu!” suara kakek sakti terngiang di telinga Pangeran Hawuna. Seketika itu juga, Cincin Sakti mengeluarkan sinar menyilaukan. Terjadilah pertempuran adu kesaktian yang seru. Nenek sihir jahat terpojok dan segera dihantam sinar menyilaukan cincin sakti. “Aduuh, aku tak tahan! Silau, panas!” pekik si nenek sihir. Tubuhnya menggelepar-gelepar terbakar. Akhirnya nenek sihir itu tewas. Puteri Nuri berhasil dibebaskan dan segera berkumpul kembali dengan keluarganya.

tamat.

sumur lembusura

selasa,13,1,2009

Kerajaan Majapahit dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana bernama Brawijaya. Beliau mempunyai seorang putrid cantik jelita bernama Dyah Ayu Pusparani. Saat itu sudah saatnya Dyah Ayu mempunyai pedamping hidup. “Anakku, kau harus segera menentukan calon pendampingmu,” kata raja Brawijaya kepada putrinya. Dyah Ayu Pusparani tidak menanggapi ucapan ayahandanya, bahkan mengalihkan pembicaraan ke hal lain. Ayahandanya tetap mendesak terus agar Dyah Ayu Pusparani secara bijaksana segera memutuskan pilihan pendamping hidupnya. Akhirnya, Dyah Ayu Pusparani menyerahkan pilihan jodohnya kepada ayahandanya.
Untuk menentukan pilihan yang tepat sebagai suami Dyah Ayu Pusparani, Raja Brawijaya bingung. Untuk mengatasi masalah ini, Raja Brawijaya mengeluarkan sayembara. Sayembara segera diumumkan.”Barang siapa yang berhasil merentang busur Kyai Garudayaksa dan sanggup mengangkat gong Kyai Sekardelima, dialah yang berhak mempersunting Dyah Ayu Pusparani”.
Setelah sayembara tersebut diumumkan, raja dan pangeran dari berbagai negeri berdatangan untuk mengadu keberuntungan. Termasuk raja dan pangeran yang pernah ditolak lamarannya. Bahkan ada yang tangannya tiba-tiba patah karena memaksa diri merentang busur Kyai Garudayaksa. “Aduh, pinggangku patah,” teriak seorang pangeran yang mencoba mengangkat Gong Kyai Sekardelima yang besar dan berat itu.
Melihat tidak ada orang yang mampu memenangkan sayembara, Raja Brawijaya memberi perintah kepada Mahapatih agar sayembara segera diberhentikan. “Tunggu! Aku belum mencoba!" teriak seorang pemuda berkepala seekor lembu. Raja Brawijaya meluluskan permintaan seorang pemuda itu. "Siapa namamu?" tanya Brawijaya. "Lembusura." jawab pemuda itu tegas. Ia segera merentang busur Kyai Garudayaksa dan berhasil. Tepuk tangan penonton membahana memenuhi alun-alun. Lembusura segera menghampiri Gong Sekardelima yang besar itu. Gong segera diangkatnya bagaikan mengangkat kapas. Sekali lagi tepuk tangan menggema tak henti-hentinya.
Di balik kegembiraan Lembusura itu, Dyah Ayu Puparani tampak sedih bahkan sampai meneteskan air mata. "Aku tidak mau bersuami orang yang berkepala binatang!" seru Dyah Ayu Pusparani, sambil menahan tangis. Raja Brawijaya mendengar ucapan putrinya itu langsung terkulai. Namun, Raja Brawijaya tidak mau martabat raja diremehkan. Seorang raja harus menepati janji. Apalagi dirinya dikenal sebagai seorang raja yang adil dan bijaksana. Maka mau tidak mau Dyah Ayu Pusparani harus menerima Lembusura sebagai suaminya.
Hari peresmian perkawinan antara Dyah Ayu Pusparani dengan Lembusura telah ditentukan. Semakin mendekati hari perhelatan itu, Dyah Ayu semakin resah gelisah. Ia tidak mau makn dan minum. Badannya semakin kurus, matanya cekung, rambutnya pun mulai rontok. Seorang Inang pengasuh menemani dengan setia. "Jika Tuan Puteri tidak mau dijodohkan dengan pemuda berkepala lembu itu, Tuan Puteri harus bisa mencari jalan keluar," kata Inang pengasuh. Mendengar ucapan Inang Pengasuh, Dyah Ayu Pusparani berniat meninggalkan istana. Namun, Inang Pengasuh mencegahnya.
Lantas mereka berembug untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Inang Pengasuh mengusulkan agar Dyah Ayu Pusparani minta sebuah syarat yang harus dapat dipenuhi oleh Lembusura. Adapun syarat tersebut adalah Lembusura harus dapat membuatkan sebuah sumur di puncak gunung Kelud. Sumur tersebut diperuntukkan mandi berdua jika setelah selesai acara peresmian perkawinan. Dengan begitu pasti Lembusura mau menerimanya. "Aku akan segera menyampaikannya," kata Dyah Ayu Pusparani.
Lembusura menerima syarat yang diajukan Dyah Ayu Pusparani. Di pagi hari yang cerah, Lembusura segera menuju puncak gunung Kelud. Ia yakin dengan kesaktian yang dimilikinya permintaan calon istrinya dapat segera terpenuhi. Lembusura mulai menggali tanah dengan sepasang tanduknya. Tidak lama kemudian lubang galian sumur sudah cukup dalam. Lembusura sudah tidak tampak lagi dari bibir sumur. Dyah Ayu Pusparani semakin khawatir, karena jika Lembusura dapat menemukan air, itu berarti dirinya harus rela manikah dengan Lembusura. "Ananda mohon gagalkan usaha Lembusura membuat sumur," pinta Dyah Ayu Pusparani kepada ayahandanya. Raja Brawijaya berusaha menemukan cara yang terbaik.
Timbun batu-batu besar dan tanah!" perintah Raja Brawijaya kepada para prajuritnya. Dalam sekejap Lembusura sudah terkubur di dalam sumur. Namun, karena sakti, dia masih bisa mengancam Brawijaya. "Brawijaya! Engkau raja yang licik! Meskipun ragaku terkubur hidup-hidup di dalam sumur, tetapi aku masih bisa membalas kelicikanmu! Setiap dua windu sekali, aku akan merusak seluruh wilayah kerajaanmu!" Setelah Lembusura mengucapkan kata-kata itu, suasana kembali tenang. Namun, Raja Brawijaya dan putrinya ketakutan.
Untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan, Raja Brawijaya memerintahkan kepada para prajuritnya untuk membangun tanggul pengaman. Para prajurit segera melaksanakan tugas. Tanggul pengaman segera berdiri kokoh. Kemudian tanggul itu diberi nama Gunung Pegat. Tetapi, pembalasan Lembusura datang juga. Jika gunung Kelud meletus, para penduduk menganggap akibat amukan Lembusura untuk membalas dendam kelicikan Raja Brawijaya.

tamat.

bukit catu

senin,12,1,2009

Alkisah di pedalaman Pulau Bali, terdapat sebuah desa yang subur dan makmur. Sawah dan ladangnya selalu memberikan panen yang berlimpah. Di desa tersebut tinggal seorang petani bernama Pak Jurna dan istrinya. Mereka menginginkan hasil panen padinya lebih banyak dari pada hasil panen sebelumnya. "Hem, sebaiknya pada musim tanam padi sekarang ini kita berkaul," usul Pak Jurna pada istrinya. "Berkaul apa, pak?" sahut Bu Jurna. "Begini, jika hasil panen padi nanti meningkat kita buat sebuah tumpeng nasi besar, ujar Pak Jurna penuh harap. Ibu Jurna setuju.
Ternyata hasil panen padi Pak Jurna meningkat. Sesuai dengan kaul yang telah diucapkan, lantas Pak Jurna dan istrinya membuat sebuah tumpeng nasi besar. Selain itu diadakan pesta makan dan minum. Namun Pak Jurna dan istrinya belum puas dengan hasil panen yang mereka peroleh. Mereka ingin berkaul lagi dimusim padi berikutnya. "Sekarang kita berkaul lagi. Jika hasil panen padi nanti lebih meningkat, kita akan membuat tiga tumpeng nasi besar-besar," ujar Pak Jurna yang didukung istrinya. Mereka pun ingin mengadakan pesta yang lebih meriah daripada pesta sebelumnya.
Ternyata benar-benar terjadi. Hasil panen padi lebih meningkat lagi. Pak Jurna dan istrinya segera melaksanakan kaulnya. Sebagian sisa panen dibelikan hewan ternak oleh Pak Jurna. Tapi mereka masih belum puas. Pak Jurna dan istrinya berkaul lagi akan membuat lima tumpeng besar jika hasil panen dan ternaknya menjadi lebih banyak. Panen berikutnya melimpah ruah dan ternaknya semakin banyak. "Suatu anugerah dari Sang Dewata, apa yang kita mohon berhasil," ucap Pak Jurna datar.
Di suatu pagi yang cerah, Pak Juran pergi ke sawah. Sewaktu tiba di pinggir lahan persawahan, ia melihat sesuatu yang aneh. "Onggokan tanah sebesar catu?" tanyanya dalam hati. "Perasaanku onggokan tanah ini kemarin belum ada," gumam pak Juran sambil mengingat-ingat. Catu adalah alat penakar beras dari tempurung kelapa. Setelah mengamati onggokan tanah itu, pak Jurna segera melanjutkan perjalanan mengelilingi sawahnya. Setelah itu, ia pulang ke rumah. Setibanya di rumah, pak Jurna bercerita pada istrinya tentang apa yang dilihatnya tadi. Ia segera mengusulkan agar membuat catu nasi seperti yang dilihat di sawah. Ibu Jurna mendukung rencana suaminya. "Begini, pak. Kita buat beberapa catu nasi. Dengan begitu, panenan kita akan berlimpah ruah, sehingga dapat melebihi panenan orang lain," usul Bu Jurna.
Hasil panen berlimpah ruah. Lumbung padi penuh. Para tetangga Pak Jurna takjub melihat hasil panen yang tiada bandingnya itu. "Pak Jurna itu petani ulung," kata seorang lelaki setengah baya kepada teman-temannya. "Bukan petani ulung tetapi petani beruntung," timpal salah satu temannya sambil tersenyum. Pak Jurna dan istrinya membuat beberap catu nasi. Pesta pora segera dilaksanakan sangat meriah. Beberapa catu nasi segera dibawa ke tempat sebuah catu yang berupa onggokan tanah berada. Namun, Pak Jurna sangat terkejut melihat catu tersebut bertambah besar.
"Baik, aku akan membuat catu nasi seperti catu tanah yang semakin besar ini," tekad Pak Jurna bernada sombong. Pak Jurna segera pulang ke rumah dan memerintahkan istrinya agar membuat sebuah catu nasi yang lebih besar.
Sebuah catu nasi yang dimaksud telah siap dibawa ke sawah. Sambil bersenandung dan diiringi gemerciknya air sawah, Pak Jurna membawa catu nasi besar. Namun setelah tiba ditempat, Pak Jurna terperanjat. "Astaga! Catu semakin besar dan tinggi!" pekiknya. "Tak apalah. Aku masih mempunyai simpanan beras yang dapat dibuat sebesar catu ini," ujar Pak Jurna tinggi hati. Begitulah yang terjadi. Setiap Pak Jurna membuat catu nasi lebih besar, onggokan tanah yang berupa catu bertambah besar dan semakin tinggi. Lama kelamaan catu tanah tersebut menjadi sebuah bukit. Pak Jurna dan istrinya pasrah. Mereka sudah tidak sanggup lagi membuat catu nasi. Lantas apa yang terjadi? Pak Jurna jatuh miskin karena ulah dan kesombongannya sendiri. Akhirnya, onggokan tanah yang telah berubah menjadi bukit itu dinamai Bukit Catu.

tamat.

manik angkeran

senin,12,1,2009

Dahulu, di sebuah desa di wilayah Pulau Bali, tinggallah seorang pemuda tampan bernama Manik Angkeran. Ayahnya bernama Empu Sidhi Mandra. Manik Angkeran terpengaruh lingkungan yang tidak baik. Ia menjadi seorang yang hidup dari berjudi. Inilah yang membuat pusing orang tuanya.
“Anakku, sadarlah bahwa judi itu merusak segalanya,” kata orang tua Manik Angkeran. Tetapi, Manik Angkeran tidak peduli dengan ucapan orang tuanya. Hampir setiap hari, Manik Angkeran berada di tempat penyabungan ayam. Setelah penyabungan tutup, ia lanjutkan dengan judi kartu.
“Kalau kau tidak mau menghentikan judimu, lebih baik kau pergi dari rumah ini!,” kata ayah Manik Angkeran dengan nada mengancam. Tetapi, karena judi sudah mendarah daging dalam dirinya, kata-kata ancaman sekeras apapun tetap tidak didengar. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri dan begitu sebaliknya.
Karena merasa gagal mendidik dan tidak bisa menyadarkan, Empu Sidhi Mandra menitipkan Manik Angkeran kepada seorang Brahmana yang bernama Brahmana Dangeang Nirata atau dikenal dengan nama Pedanda Bau Rauh. Manik Angkeran menjadi anak asuh Brahmana tersebut.
Apakah Manik Angkeran sadar ? Ternyata ia masih gila judi. Brahmana Dangeang Nirata mencari jalan keluar agar Manik Angkeran dapat meninggalkan judi. “Mulai hari ini, kamu harus melakukan tapa. Bertobatlah kepada Sang Dewata agar kau dapat meninggalkan judi,” kata Brahmana Dangeang Nirata kepada Manik Angkeran.
Mendengar anjuran Brahmana Dangeang Nirata itu, Manik Angkeran mulai melakukan tapa. Ia bertapa di sebuah Pura Gua yang berada di sebelah kiri bagian depan Pura Besakih, sesuai dengan anjuran Brahmana Dangeang Nirata itu. Konon dalamnya lubang Pura Gua di Pura Besakih berhubungan langsung dengan lubang Pura Gua Lawa di Klungkung.
Pada hari pertama, Manik Angkeran masih dapat memusatkan perhatian secara penuh dalam tapanya. Tetapi, tiba pada hari ketiga Manik Angkeran mendapat firasat bahwa ia akan ditemui oleh seekor naga. “Hem, aku akan minta ajian kepada Naga yang mendiami Pura Gua ini agar aku bisa menang terus dalam berjudi,” kata Manik Angkeran dalam hati. Ia bertambah khusuk dalam semadinya, maksudnya agar dapat cepat memperoleh apa yang diinginkan itu.
Tiba-tiba ular Naga yang dikenal dengan nama Naga Besukih muncul di depan Manik Angkeran. Manik Angkeran terkejut, keringat dingin keluar dari badannya. Manik Angkeran menggigil karena ketakutan. “Jangan takut, aku datang untuk menemuimu. Permintaanmu untuk mendapat ajian akan kukabulkan,” kata Naga Besukih sambil menggeram. Manik Angkeran mengucapkan terima kasih dan segera pulang.
Berbekal ajian yang dimiliki Manik Angkeran turun di gelanggang perjudian. “Aku tantang mereka!,” ucap Manik Angkeran sambil memainkan kartu judi. Ternyata Manik Angkeran selalu menang. Manik Angkeran kurang puas dan berniat ingin menguasai tempat perjudian tersebut. Untuk mewujudkan keinginannya tersebut, Manik Angkeran kembali bertapa di Pura Gua Besakih.
Manik Angkeran mulai bertapa di Pura Gua lagi. Tidak berapa lama Naga Besukih menemui Manik Angkeran. “Permintaanmu kukabulkan,” kata Naga Besukih. Betapa senangnya hati Manik Angkeran. Naga Besukih dengan perlahan-lahan masuk gua lagi. Manik Angkeran terperanjat melihat Naga Besukih berekor emas berlian. Karena serakah, Manik Angkeran berniat mengambil ekor Naga Besukih. “Aku akan kaya raya bila mendapatkan ekor Naga Besukih. Manik Angkeran segera memotong ekor Naga Besukih, lalu dengan cepat melarikan diri meninggalkan Pura Gua.
Merasa ekornya dipotong oleh Manik Angkeran, Naga Besukih berusaha mengejarnya. Karena badannya besar, larinya lambat. Maka Naga Besukih mematuk pijakan kaki Manik Angkeran. Seketika itu juga Manik Angkeran meninggal. Karena sudah lama Manik Angkeran tidak pulang ke rumah, Brahmana Dangeang Nirata mencari ke Pura Gua Besakih. Naga Besukih menjelaskan bahwa Manik Angkeran telah ia bunuh, karena telah memotong ekornya. Naga Besukih tidak tahu kalau Manik Angkeran adalah anak asuh Brahmana Dangeang Nirata. Maka, Naga Besukih minta maaf dan bersedia menghidupkan kembali Manik Angkeran. Begitu juga Dangeang Nirata minta maaf karena ulah Manik Angkeran dan bersedia mengembalikan ekor Naga Besukih. Setelah Manik Angkeran hidup kembali, ia menjadi sadar dan mau bertobat.

tamat.

manik angkeran

senin,12,1,2009

Dahulu, di sebuah desa di wilayah Pulau Bali, tinggallah seorang pemuda tampan bernama Manik Angkeran. Ayahnya bernama Empu Sidhi Mandra. Manik Angkeran terpengaruh lingkungan yang tidak baik. Ia menjadi seorang yang hidup dari berjudi. Inilah yang membuat pusing orang tuanya.
“Anakku, sadarlah bahwa judi itu merusak segalanya,” kata orang tua Manik Angkeran. Tetapi, Manik Angkeran tidak peduli dengan ucapan orang tuanya. Hampir setiap hari, Manik Angkeran berada di tempat penyabungan ayam. Setelah penyabungan tutup, ia lanjutkan dengan judi kartu.
“Kalau kau tidak mau menghentikan judimu, lebih baik kau pergi dari rumah ini!,” kata ayah Manik Angkeran dengan nada mengancam. Tetapi, karena judi sudah mendarah daging dalam dirinya, kata-kata ancaman sekeras apapun tetap tidak didengar. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri dan begitu sebaliknya.
Karena merasa gagal mendidik dan tidak bisa menyadarkan, Empu Sidhi Mandra menitipkan Manik Angkeran kepada seorang Brahmana yang bernama Brahmana Dangeang Nirata atau dikenal dengan nama Pedanda Bau Rauh. Manik Angkeran menjadi anak asuh Brahmana tersebut.
Apakah Manik Angkeran sadar ? Ternyata ia masih gila judi. Brahmana Dangeang Nirata mencari jalan keluar agar Manik Angkeran dapat meninggalkan judi. “Mulai hari ini, kamu harus melakukan tapa. Bertobatlah kepada Sang Dewata agar kau dapat meninggalkan judi,” kata Brahmana Dangeang Nirata kepada Manik Angkeran.
Mendengar anjuran Brahmana Dangeang Nirata itu, Manik Angkeran mulai melakukan tapa. Ia bertapa di sebuah Pura Gua yang berada di sebelah kiri bagian depan Pura Besakih, sesuai dengan anjuran Brahmana Dangeang Nirata itu. Konon dalamnya lubang Pura Gua di Pura Besakih berhubungan langsung dengan lubang Pura Gua Lawa di Klungkung.
Pada hari pertama, Manik Angkeran masih dapat memusatkan perhatian secara penuh dalam tapanya. Tetapi, tiba pada hari ketiga Manik Angkeran mendapat firasat bahwa ia akan ditemui oleh seekor naga. “Hem, aku akan minta ajian kepada Naga yang mendiami Pura Gua ini agar aku bisa menang terus dalam berjudi,” kata Manik Angkeran dalam hati. Ia bertambah khusuk dalam semadinya, maksudnya agar dapat cepat memperoleh apa yang diinginkan itu.
Tiba-tiba ular Naga yang dikenal dengan nama Naga Besukih muncul di depan Manik Angkeran. Manik Angkeran terkejut, keringat dingin keluar dari badannya. Manik Angkeran menggigil karena ketakutan. “Jangan takut, aku datang untuk menemuimu. Permintaanmu untuk mendapat ajian akan kukabulkan,” kata Naga Besukih sambil menggeram. Manik Angkeran mengucapkan terima kasih dan segera pulang.
Berbekal ajian yang dimiliki Manik Angkeran turun di gelanggang perjudian. “Aku tantang mereka!,” ucap Manik Angkeran sambil memainkan kartu judi. Ternyata Manik Angkeran selalu menang. Manik Angkeran kurang puas dan berniat ingin menguasai tempat perjudian tersebut. Untuk mewujudkan keinginannya tersebut, Manik Angkeran kembali bertapa di Pura Gua Besakih.
Manik Angkeran mulai bertapa di Pura Gua lagi. Tidak berapa lama Naga Besukih menemui Manik Angkeran. “Permintaanmu kukabulkan,” kata Naga Besukih. Betapa senangnya hati Manik Angkeran. Naga Besukih dengan perlahan-lahan masuk gua lagi. Manik Angkeran terperanjat melihat Naga Besukih berekor emas berlian. Karena serakah, Manik Angkeran berniat mengambil ekor Naga Besukih. “Aku akan kaya raya bila mendapatkan ekor Naga Besukih. Manik Angkeran segera memotong ekor Naga Besukih, lalu dengan cepat melarikan diri meninggalkan Pura Gua.
Merasa ekornya dipotong oleh Manik Angkeran, Naga Besukih berusaha mengejarnya. Karena badannya besar, larinya lambat. Maka Naga Besukih mematuk pijakan kaki Manik Angkeran. Seketika itu juga Manik Angkeran meninggal. Karena sudah lama Manik Angkeran tidak pulang ke rumah, Brahmana Dangeang Nirata mencari ke Pura Gua Besakih. Naga Besukih menjelaskan bahwa Manik Angkeran telah ia bunuh, karena telah memotong ekornya. Naga Besukih tidak tahu kalau Manik Angkeran adalah anak asuh Brahmana Dangeang Nirata. Maka, Naga Besukih minta maaf dan bersedia menghidupkan kembali Manik Angkeran. Begitu juga Dangeang Nirata minta maaf karena ulah Manik Angkeran dan bersedia mengembalikan ekor Naga Besukih. Setelah Manik Angkeran hidup kembali, ia menjadi sadar dan mau bertobat.

tamat.

tadampalik

minggu,11,1,2009

Dahulu, terdapat sebuah negeri yang bernama negeri Luwu, yang terletak di pulau Sulawesi. Negeri Luwu dipimpin oleh seorang raja yang bernama La Busatana Datu Maongge, sering dipanggil Raja atau Datu Luwu. Karena sikapnya yang adil, arif dan bijaksana, maka rakyatnya hidup makmur. Sebagian besar pekerjaan rakyat Luwu adalah petani dan nelayan. Datu Luwu mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik, namanya Putri Tandampalik. Kecantikan dan perilakunya telah diketahui orang banyak. Termasuk di antaranya Raja Bone yang tinggalnya sangat jauh dari Luwu.
Raja Bone ingin menikahkan anaknya dengan Putri Tandampalik. Ia mengutus beberapa utusannya untuk menemui Datu Luwu untuk melamar Putri Tandampalik. Datu Luwu menjadi bimbang, karena dalam adatnya, seorang gadis Luwu tidak dibenarkan menikah dengan pemuda dari negeri lain. Tetapi, jika lamaran tersebut ditolak, ia khawatir akan terjadi perang dan akan membuat rakyat menderita. Meskipun berat akibat yang akan diterima, Datu Lawu memutuskan untuk menerima pinangan itu. "Biarlah aku dikutuk asal rakyatku tidak menderita," pikir Datu Luwu.
Beberapa hari kemudian utusan Raja Bone tiba ke negeri Luwu. Mereka sangat sopan dan ramah. Tidak ada iringan pasukan atau armada perang di pelabuhan, seperti yang diperkirakan oleh Datu Luwu. Datu Luwu menerima utusan itu dengan ramah. Saat mereka mengutarakan maksud kedatangannya, Datu Luwu belum bisa memberikan jawaban menerima atau menolak lamaran tersebut. Utusan Raja Bone memahami dan mengerti keputusan Datu Luwu. Mereka pun pulang kembali ke negerinya.
Keesokan harinya, terjadi kegaduhan di negeri Luwu. Putri Tandampalik jatuh sakit. Sekujur tubuhnya mengeluarkan cairan kental yang berbau anyir dan sangat menjijikkan. Para tabib istana mengatakan Putri Tandampalik terserang penyakit menular yang berbahaya. Berita cepat tersebar. Rakyat negeri Luwu dirundung kesedihan. Datu Luwu yang mereka hormati dan Putri Tandampalik yang mereka cintai sedang mendapat musibah. Setelah berpikir dan menimbang-nimbang, Datu Luwu memutuskan untuk mengasingkan anaknya. Karena banyak rakyat yang akan tertular jika Putri Tandampalik tidak diasingkan ke daerah lain. Keputusan itu dipilih Datu Luwu dengan berat hati. Putri Tandampalik tidak berkecil hati atau marah pada ayahandanya. Lalu ia pergi dengan perahu bersama beberapa pengawal setianya. Sebelum pergi, Datu Luwu memberikan sebuah keris pada Putri Tandampalik, sebagai tanda bahwa ia tidak pernah melupakan apalagi membuang anaknya.
Setelah berbulan-bulan berlayar tanpa tujuan, akhirnya mereka menemukan sebuah pulau. Pulau itu berhawa sejuk dengan pepohonan yang tumbuh dengan subur. Seorang pengawal menemukan buah Wajao saat pertama kali menginjakkan kakinya di tempat itu. "Pulau ini kuberi nama Pulau Wajo," kata Putri Tandampalik. Sejak saat itu, Putri Tandampalik dan pengikutnya memulai kehidupan baru. Mereka mulai dengan segala kesederhanaan. Mereka terus bekerja keras, penuh dengan semangat dan gembira.
Pada suatu hari Putri Tandampalik duduk di tepi danau. Tiba-tiba seekor kerbau putih menghampirinya. Kerbau bule itu menjilatinya dengan lembut. Semula, Putri Tandampalik hendak mengusirnya. Tapi, hewan itu tampak jinak dan terus menjilatinya. Akhirnya ia diamkan saja. Ajaib! Setelah berkali-kali dijilati, luka berair di tubuh Putri Tandampalik hilang tanpa bekas. Kulitnya kembali halus dan bersih seperti semula. Putri Tandampalik terharu dan bersyukur pada Tuhan, penyakitnya telah sembuh. "Sejak saat ini kuminta kalian jangan menyembelih atau memakan kerbau bule, karena hewan ini telah membuatku sembuh," kata Putri Tandampalik pada para pengawalnya. Permintaan Putri Tandampalik itu langsung dipenuhi oleh semua orang di Pulau Wajo hingga sekarang. Kerbau bule yang berada di Pulau Wajo dibiarkan hidup bebas dan beranak pinak.
Di suatu malam, Putri Tandampalik bermimpi didatangi oleh seorang pemuda yang tampan. "Siapakah namamu dan mengapa putri secantik dirimu bisa berada di tempat seperti ini?" tanya pemuda itu dengan lembut. Lalu Putri Tandampalik menceritakan semuanya. "Wahai pemuda, siapa dirimu dan dari mana asalmu ?" tanya Putri Tandampalik. Pemuda itu tidak menjawab, tapi justru balik bertanya, "Putri Tandampalik maukah engkau menjadi istriku?" Sebelum Putri Tandampalik sempat menjawab, ia terbangun dari tidurnya. Putri Tandampalik merasa mimpinya merupakan tanda baik baginya.
Sementara, nun jauh di Bone, Putra Mahkota Kerajaan Bone sedang asyik berburu. Ia ditemani oleh Anre Pguru Pakanranyeng Panglima Kerajaan Bone dan beberapa pengawalnya. Saking asyiknya berburu, Putra Mahkota tidak sadar kalau ia sudah terpisah dari rombongan dan tersesat di hutan. Malam semakin larut, Putra Mahkota tidak dapat memejamkan matanya. Suara-suara hewan malam membuatnya terus terjaga dan gelisah. Di kejauhanm, ia melihat seberkas cahaya. Ia memberanikan diri untuk mencari dari mana asal cahaya itu. Ternyata cahaya itu berasal dari sebuah perkampungan yang letaknya sangat jauh. Sesampainya di sana, Putra Mahkota memasuki sebuah rumah yang nampak kosong. Betapa terkejutnya ia ketika melihat seorang gadis cantik sedang menjerang air di dalam rumah itu. Gadis cantik itu tidak lain adalah Putri Tandampalik.
"Mungkinkah ada bidadari di tempat asing begini ?" pikir putra Mahkota. Merasa ada yang mengawasi, Putri Tandampalik menoleh. Sang Putri tergagap," rasanya dialah pemuda yang ada dalam mimpiku," pikirnya. Kemudian mereka berdua berkenalan. Dalam waktu singkat, keduanya sudah akrab. Putri Tandampalik merasa pemuda yang kini berada di hadapannya adalah seorang pemuda yang halus tutur bahasanya. Meski ia seorang calon raja, ia sangat sopan dan rendah hati. Sebaliknya, bagi Putra Mahkota, Putri Tandampalik adalah seorang gadis yang anggun tetapi tidak sombong. Kecantikan dan penampilannya yang sederhana membuat Putra Mahkota kagum dan langsing menaruh hati.
Setelah beberapa hari tinggal di desa tersebut, Putra Mahkota kembali ke negerinya karena banyak kewajiban yang harus diselesaikan di Istana Bone. Sejak berpisah dengan Putri Tandampalik, ingatan sang Pangeran selalu tertuju pada wajah cantik itu. Ingin rasanya Putra Mahkota tinggal di Pulau Wajo. Anre Guru Pakanyareng, Panglima Perang Kerajaan Bone yang ikut serta menemani Putra Mahkota berburu, mengetahui apa yang dirasakan oleh anak rajanya itu. Anre Guru Pakanyareng sering melihat Putra Mahkota duduk berlama-lama di tepi telaga. Maka Anre Guru Pakanyareng segera menghadap Raja Bone dan menceritakan semua kejadian yang mereka alami di pulau Wajo. "Hamba mengusulkan Paduka segera melamar Putri Tandampalik," kata Anre Guru Pakanyareng. Raja Bone setuju dan segera mengirim utusan untuk meminang Putri Tandampalik.
Ketika utusan Raja Bone tiba di Pulau Wajo, Putri Tandampalik tidak langsung menerima lamaran Putra Mahkota. Ia hanya memberikan keris pusaka Kerajaan Luwu yang diberikan ayahandanya ketia ia di asingkan. Putri Tandampalik mengatakan bila keris itu diterima dengan baik oleh Datu Luwu berarti pinangan diterima. Putra Mahkota segera berangkat ke Kerajaan Luwu sendirian. Perjalanan berhari-hari dijalani oleh Putra Mahkota dengan penuh semangat. Setelah sampai di Kerajaan Luwu, Putra Mahkota menceritakan pertemuannya dengan Putri Tandampalik dan menyerahkan keris pusaka itu pada Datu Luwu.
Datu Luwu dan permaisuri sangat gembira mendengar berita baik tersebut. Datu Luwu merasa Putra Mahkota adalah seorang pemuda yang gigih, bertutur kata lembut, sopan dan penuh semangat. Maka ia pun menerima keris pusaka itu dengan tulus. Tanpa menunggu lama, Datu Luwu dan permaisuri datang mengunjungi pulau Wajo untuk bertemu dengan anaknya. Pertemuan Datu Luwu dan anak tunggal kesayangannya sangat mengharukan. Datu Luwu merasa bersalah telah mengasingkan anaknya. Tetapi sebaliknya, Putri Tandampalik bersyukur karena rakyat Luwu terhindar dari penyakit menular yang dideritanya. Akhirnya Putri Tandampalik menikah dengan Putra Mahkota Bone dan dilangsungkan di Pulau Wajo. Beberapa tahun kemudian, Putra Mahkota naik tahta. Beliau menjadi raja yang arif dan bijaksana.

tamat.